Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Penulis - Science and culture observer

Our thoughts are fallible. We therefore should go on thinking from various perspectives. We will never arrive at final definitive truths. All truths are alive, and therefore give life, strength and joy for all.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gen, Otak, Kepribadian, dan Orientasi Politik

15 Januari 2018   01:48 Diperbarui: 31 Maret 2018   10:47 2636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: linguaggiodelcorpo.it

"Perubahan-perubahan dalam ekspresi gen-gen yang spesifik dalam otak, seperti gen-gen MAOA, DAT1 dan DRD2, dapat mempengaruhi tingkat hormon-hormon neurokimiawi dalam otak yang pada gilirannya mempengaruhi fungsi-fungsi yang kompleks yang dijalankan otak, seperti kecerdasan, suasana mental, dan memori. Selain itu, lingkungan kehidupan sekitar, termasuk gangguan stres, penyalahgunaan NAPZA, makanan, kualitas tidur dan hubungan-hubungan sosial, berpengaruh pada struktur dan berbagai fungsi otak."

Tentang seberapa jauh gen berpengaruh pada agresivitas dan kekerasan, Arocena mengungkapkan bahwa

"Menurut suatu meta-analisis data dari 24 studi informatif genetik, sampai 50 % dari total anekaragan perilaku agresif dijelaskan timbul karena pengaruh-pengaruh genetik."

"Berdasarkan kajian-kajian atas sejumlah besar orang kembar dan orang sesaudara yang berlangsung selama 4 dasawarsa, disimpulkan bahwa pengaruh genetik pada kejahatan orang muda diperkirakan mencapai 50 %."

Selain kajian-kajian genetika behavioral yang luas atas sikap dan perilaku sosial, politik dan ekonomi insani, kini sedang tumbuh sebuah disiplin ilmu pengetahuan baru yang terkait dengan ilmu politik atau "political science" yang sudah lama dikenal. Disiplin baru ini dinamakan "neuropolitics".

"Neuropolitics" atau neurosains politik atau "neuropolitik" memang relatif baru dalam kajian-kajian perilaku politik. Disiplin baru ini, sebagaimana dibentangkan oleh Ingrid J. Haas dari Universitas Nebraska, mengintegrasikan ilmu politik dengan biologi (khususnya genetika), psikologi dan neurosains. 

Haas menegaskan bahwa "perilaku politik dapat dipahami lewat lensa psikologi manusia, biologi dan neurosains", dilengkapi dengan neurosains kognitif dan sosial, psikologi politik dan sosial, dan studi-studi konteks. Dengan demikian, posisi dan perilaku politik seseorang kini dipandang berakar dalam kerja otaknya, bagian dari fungsi otaknya yang khas. Hard-wired!/5/

Dalam rangka neuropolitik, baik kita tengok sejenak Liya Yu, dosen di UVA's Woodrow Wilson, Department of Politics, yang kini sedang studi Ph.D. di Universitas Columbia.

Liya Yu menyatakan bahwa otak kita memasok ke dalam kesadaran kita banyak bias atau prasangka, di antaranya prasangka yang membuat kita berpikir bahwa orang-orang yang berbeda dari kita, orang-orang luar, "out-group", harus kita perlakukan berbeda dari orang-orang kita sendiri, orang dalam, "in-group" kita. Akibatnya, perpecahan dalam masyarakat terjadi. Kerap sangat tajam.

Selain itu, pada waktu yang bersamaan dan secara spontan, otak kita juga mendehumanisasi "out-group" dan menghumanisasi "in-group" kita sendiri. Dehumanisasi yang muncul dalam kesadaran kita yang dibawa otak sering bocor, merembes ke dalam retorika politik. Masyarakat pun makin terpecahbelah. Ketika hal ini sedang terjadi, di saat orang luar mengatakan sesuatu, otak kita menerimanya sebagai suatu serangan terhadap kita.

Dalam sikon dunia yang terpecahbelah dan penuh dengan prasangka primordial SARA semacam itu, Liya Yu berpendapat bahwa neurosains akan bisa menolong. Katanya, "Neurosains memberi suatu middle ground atau kawasan tengah terbaik untuk menangani banyak prasangka dan perpecahan politik, dan pada waktu yang sama melindungi pikiran yang mandiri dan kebebasan memilih."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun