Lantas mereka menyimpulkan bahwa "kami tidak menemukan bukti bahwa ciri dan sifat kepribadian memainkan peran kausal dalam pembentukan perilaku politik. Kalaupun ada korelasi ini, korelasinya tidaklah kausal langsung. Ada banyak faktor lain yang berperan."
Kesimpulan yang saya dapat tarik adalah:
1. Tidak ada hubungan kausal linier antara gen, epigen dan sikap, perilaku dan posisi politik seseorang, meski ada gen-gen dan hormon-hormon neurokimiawi yang ikut berperan signifikan sampai mencapai 50% dalam membentuk sikap, perilaku dan orientasi politik individu dan komunitas.
2. Artinya, tidak ada gen yang langsung bertanggungjawab mutlak atas, atau membentuk sepenuhnya, perilaku liberal atau perilaku konservatif, atau sikap antisains atau sikap pro-sains, atau perilaku humanis atau perilaku antihumanis, perilaku agresif psikopatis atau perilaku empatetis.
3. Instruksi genetik tidak otomatis akan efektif mencetak keseluruhan kondisi fisik dan mental setiap orang. Pengondisian genetik internal selalu berlangsung dalam interaksi dengan pengondisian oleh berbagai faktor eksternal seperti pendidikan, pengasuhan, lingkungan hidup, budaya, ekologi, kesehatan fisik dan gaya hidup.
4. Aneka ragam sifat dan pembawaan kepribadian yang terus berubah seiring dengan perjalanan waktu jelas ikut berpengaruh, dengan kadar yang berbeda, dalam seseorang mengambil posisi politik dan perilaku politiknya.
5. Selain ilmu politik yang sudah dikenal selama ini sebagai bagian ilmu-ilmu sosial yang juga memakai pendekatan interdisipliner, sudah saatnya kini neuropolitik juga diperhitungkan dengan sungguh-sungguh dalam setiap usaha memahami dan memprediksi sikap dan perilaku politik seseorang. Neuropolitik adalah suatu muara atau konvergensi genetika, neurosains dan psikologi yang niscaya harus diintegrasikan ke dalam ilmu politik konvensional.Â
Kondisi struktural dan fungsional bagian-bagian otak jelas dengan signifikan ikut memberi andil dalam membangun sikap dan perilaku politik seseorang, bahkan keseluruhan sikap dan perilaku individu-individu, selain gen-gen, psikologi dan faktor-faktor environmental dan kultural.
6. Sikap, perilaku, posisi dan orientasi politik seseorang ada yang relatif bersifat menetap kendati usia makin bertambah, dan ada juga yang berubah karena adaptasi, penambahan pengetahuan dan informasi dan kesehatan otak yang makin baik atau, sebaliknya, makin buruk.
7. Perilaku dan orientasi politik seseorang muncul sebagai interaksi dari banyak faktor, yang dapat berlangsung linier dan terprediksi, tapi juga dapat multilinier dan tidak terprediksi, yang melibatkan faktor genetik ("nature") dan aneka faktor lingkungan kehidupan dan faktor budaya ("nurture").
8. Akhirnya, setiap individu harus mempertanggungjawabkan sendiri dengan dewasa setiap sikap dan perilaku serta orientasi politik mereka.Â