Tak pelak yang perlu diketahui adalah, syarat yadnya untuk memiliki nilai kesucian tinggi antara lain: (1) keikhlasan dan kesucian hati, (2) dilingkupi dengan vibrasicinta kasih kepada sesama, cinta semua ciptaan,(3) sepadankan dengan kemampuan dan bersifat satwika, (4) dilakukan sebagai sebuah kewajiban, anugerah kehidupan yang luar biasa.
Dalam praktik agama Hindu di Bali, terdapat lima jenis Yadnya yang disebut dengan Panca Yadnya, yaitu:Â
(1) Dewa Yadnya, adalah yadnya yang dilakukan ke hadapan Tuhan yang Maha Esa.Â
(2) Rsi Yadnya, adalah yadnya yang dilakukan kepada para rohaniawan, yang memberikan pencerahan untuk kehidupan yang lebih baik
(3) Pitra Yadnya adalah yadnya yang dilakukan kepada leluhur, baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup.Â
(4) Manusa Yadnya adalah yadnya ke sesama manusia bisa fakir miskin, atau menjadi orang tua asuh,Â
(5) Bhuta Yadnya adalah yadnya yang dilakukan kepada lingkungan fisik atau lingkungan yang tidak tidak kelihatan (sekala-niskala) untuk menjadi harmonis.
Titik kritis dari yadnya, adalah semua kerja dilakukan adalah persembahan tanpa mengharapkan hasil, semua diserahkan pada yang memberikan kehidupan (causa prima). Untuk itu, maka benar kata Sri Krishan yang termuat dalam Bhagavad Gita,Â
Kedermawanan menghapuskan kemiskinan, perbuatan yang baik menghilangkan kemalangan, kecerdasan rohani menghapuskan kegelapan/kebodohan, dan bahaya atau rasa takut bisa dihilangkan dengan merenungkannya baik-baik.
Demikian pula halnya bahwa seseorang akan menjadi suci apabila dia memakan sisa yadnya (karena prasadam/lungsuran adalah makanan yang telah disucikan). Dan dianggap pencuri/berdosakah seseorang bila seseorang makan makanan yang belum dipersembahkan, karena pada hakikatnya seluruh makanan yang ada di alam ini milik Hyang Widhi.
Selamat hari raya Galungan, Om Ano bhadrah kratawo yantu wiswatah & Om Swastiastu, semoga pikiran baik datang dari segala penjuru. ****