Campuran itu menjadi sebuah pernyewaan tubuh manusia, yang terdiri dari unsur yang bertentangan, manusia itu memang awalnya labil, oleh karena itu menghilangkan kelabilan itulah tugas manusia untuk menjadi pemenang dalam kontradiski itu.
Kontra diksi itu dalam bentuk rwa bhinneda literally means two opposites. Orang Bali percaya bahwa segala sesuatu yang ada sebagai dualitas. Adanya dualitas inilah yang membawa keseimbangan kosmis pada alam semesta.Â
Dua hal yang berbeda, selalu hadir di kehidupan manusia, ada senang-ada sedih, putih hitam, dan lain-lain. Kemenangan ajeg di tengah, menjadi stabil, dalam bentuk dunia yang bergerak dinamis, menjaga keseimbangan secara makro dan mikro, tentu itu adalah sesuatu yang sulit. Sebagai penegak kebenaran.
Perjuangan untuk menegakkan kebenaran dalam diri, yang kemudian melumer ke keluarga, lalu ke desa bahkan dalam lingkup negara. Musuh yang terbesar yang harus dikalahkan berstana dalam diri, untuk menaklukkannya dibutuh sadahana, berbentuk rangkai upacara Galungan adalah prosesi panjang pembenahan diri.Â
Kemenangan pada diri dirasakan sendiri untuk menata emosi diri dari musuh duniawi dalam bentuk -Dalam teologi Hindu,- arishadvarga atau shadripu (Sansekerta; berarti enam musuh) adalah enam musuh pikiran, yaitu: kama (keinginan), krodha (kemarahan), lobha (keserakahan), mada (rasa aku), moha (kemelekatan), dan matsarya (keberpihakan); sifat-sifat negatif yang mencegah manusia mencapai moksha.
Moksha, sebagai terminal akhir evolusi spiritual manusia Hindu bisa dicapai selama masih Hidup atau sudah mati, ungkapan sastra sucinya menyebutkan "Moksartham jagadhita ya ca iti dharma adalah tujuan hidup untuk mencapai kesejahteraan di dunia ini maupun mencapai moksa yaitu kebahagiaan di akhirat.
Moksha dalam kehidupan ini, mereka yang bisa seimbang dalam keadaan suka maupun duka, tidak merasa kehilangan, karena yang kita miliki di dunia ini sesungguhnya tidak ada, harta benda tidak akan dibawa serta ke alam lain, dia tinggal di dunia  fana ini.Â
Namun dia bermakna besar ketika disedekahkan atau didanapunikan (disedahkan ). Keterikatan akan benda, berawal dari pikiran, Dalam bhagavad gita menyebutkan, keterikatan akan benda, diawali selalu memikirkannya, maka pikiran haruslah benar-benar dijaga untuk selalu memikirkan Tuhan Yang Maha Abadi.
Galungan dan pembebasan adalah satu tanda dan harapan bahwa kemenangan atas diri, sebuah mutiara kehidupan akan lahir dari keheningan sukma yang mampu mengalahkan dirinya. Hindu sendiri ada dua persepsi mengenai Tubuh manusia yang dikenal dengan Tri Sarira dan Panca Maya Kosa.
Manusia terdiri atas 3 jenis lapisan (tri sarira) dengan fungsi serta kualitas yang berbeda. sthula sarira/raga sarira: unsur Panca Maha Bhuta. Ini pembentuk badan kasar.