Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hari Raya Galungan dan Yadnya untuk Penyucian Diri

1 Agustus 2023   10:48 Diperbarui: 2 Agustus 2023   16:42 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Campuran itu menjadi sebuah pernyewaan tubuh manusia, yang terdiri dari unsur yang bertentangan, manusia itu memang awalnya labil, oleh karena itu menghilangkan kelabilan itulah tugas manusia untuk menjadi pemenang dalam kontradiski itu.

Pura Ulun Danu Beratan (Dokumentasi Facebook/Desy Puspaningrat)
Pura Ulun Danu Beratan (Dokumentasi Facebook/Desy Puspaningrat)

Kontra diksi itu dalam bentuk rwa bhinneda literally means two opposites. Orang Bali percaya bahwa segala sesuatu yang ada sebagai dualitas. Adanya dualitas inilah yang membawa keseimbangan kosmis pada alam semesta. 

Dua hal yang berbeda, selalu hadir di kehidupan manusia, ada senang-ada sedih, putih hitam, dan lain-lain. Kemenangan ajeg di tengah, menjadi stabil, dalam bentuk dunia yang bergerak dinamis, menjaga keseimbangan secara makro dan mikro, tentu itu adalah sesuatu yang sulit. Sebagai penegak kebenaran.

Perjuangan untuk menegakkan kebenaran dalam diri, yang kemudian melumer ke keluarga, lalu ke desa bahkan dalam lingkup negara. Musuh yang terbesar yang harus dikalahkan berstana dalam diri, untuk menaklukkannya dibutuh sadahana, berbentuk rangkai upacara Galungan adalah prosesi panjang pembenahan diri. 

Kemenangan pada diri dirasakan sendiri untuk menata emosi diri dari musuh duniawi dalam bentuk -Dalam teologi Hindu,- arishadvarga atau shadripu (Sansekerta; berarti enam musuh) adalah enam musuh pikiran, yaitu: kama (keinginan), krodha (kemarahan), lobha (keserakahan), mada (rasa aku), moha (kemelekatan), dan matsarya (keberpihakan); sifat-sifat negatif yang mencegah manusia mencapai moksha.

Moksha, sebagai terminal akhir evolusi spiritual manusia Hindu bisa dicapai selama masih Hidup atau sudah mati, ungkapan sastra sucinya menyebutkan "Moksartham jagadhita ya ca iti dharma adalah tujuan hidup untuk mencapai kesejahteraan di dunia ini maupun mencapai moksa yaitu kebahagiaan di akhirat.

Moksha dalam kehidupan ini, mereka yang bisa seimbang dalam keadaan suka maupun duka, tidak merasa kehilangan, karena yang kita miliki di dunia ini sesungguhnya tidak ada, harta benda tidak akan dibawa serta ke alam lain, dia tinggal di dunia  fana ini. 

Namun dia bermakna besar ketika disedekahkan atau didanapunikan (disedahkan ). Keterikatan akan benda, berawal dari pikiran, Dalam bhagavad gita menyebutkan, keterikatan akan benda, diawali selalu memikirkannya, maka pikiran haruslah benar-benar dijaga untuk selalu memikirkan Tuhan Yang Maha Abadi.

Galungan dan pembebasan adalah satu tanda dan harapan bahwa kemenangan atas diri, sebuah mutiara kehidupan akan lahir dari keheningan sukma yang mampu mengalahkan dirinya. Hindu sendiri ada dua persepsi mengenai Tubuh manusia yang dikenal dengan Tri Sarira dan Panca Maya Kosa.

Manusia terdiri atas 3 jenis lapisan (tri sarira) dengan fungsi serta kualitas yang berbeda. sthula sarira/raga sarira: unsur Panca Maha Bhuta. Ini pembentuk badan kasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun