Dalam teori ini, berbagai unsur budaya mungkin dapat berubah dengan cepat, sedangkan unsur budaya lainnya mungkin tidak mampu mengimbangi cepatnya perubahan unsur itu. Oleh karena itu, elemen yang berubah dengan pelan akan tertinggal. Ketertinggalan ini berujung pada kesenjangan sosial atau ketertinggalan budaya. Para ahli teori fungsionalis percaya bahwa perubahan sosial bersifat konstan serta tidak membutuhkan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu ketentraman masyarakat. Ketika perubahan diintegrasikan ke dalam budaya, proses penghancuran ini berhenti.
Menurut Rashid, beberapa tokoh teori struktur fungsional, Herbert Spencer, Emile Durkhein, Bronislow, Marino Malinowski, A. R. Radcliff-Brown dan Robert K. Merton, dari asumsi dasar teori fungsional, secara umum mempunyai pandangan yang sama, itu adalah:
1) Masyarakat ialah organisme kehidupan atau fitrahnya manusia itu ialah makhluk sosial.
2) Masyarakat mempunyai sub sistem kehidupan
3) Setiap subsistem mempunyai fungsi (kelompok orang miskin, pencuri, tokoh adat, dan lainya).
4) Setiap subsistem berfungsi untuk memperkuat subsistem lainnya (kaya versus miskin, pekerja versus pemberi kerja, ekonomi politik, dll).
Apabila menjelaskan konsep teori fungsional bisa diterangkan jika setiap orang ialah makhluk sosial yang alamiah dengan subsistem serta fungsinya yang saling menguatkan dalam kehidupan.
c. Teori Siklus
Teori sirkular menjelaskan jika perubahan sosial sifatnyat cyclical, yang mana berarti sifatnya siklus. Menurut teori ini, perubahan sosial tidak direncanakan atau diarahkan pada titik tertentu, melainkan berputar dalam pola siklus. Ide teori siklus ialah jika perubahan berulang. Dalam model perubahan ini tidak terjadi proses perubahan sosial yang progresif, jadi tidak jelas batas antara pola hidup primitif, tradisional, juga modern.
Faktanya, jauh sebelum lahirnya ilmu sosial modern, masyarakat Yunani, Romawi, dan Tiongkok kuno menganut pandangan siklis. Mereka membayangkan perjalanan hidup manusia pada hakikatnya terjebak dalam siklus sejarah yang tidak menentu.
Keaslian teori sirkular ini bisa kita lihat dari realitas sosial yang ada saat ini. Misalnya saja dari tingkah laku fashion pakaian juga gaya kepemimpinan politik. Misalnya dalam perubahan fashion pakaian, kita sering melihat bahwa fashion pakaian terkini terkadang merupakan tiruan atau pengulangan dari gaya pakaian lama.