d) Tersedianya fasilitas sosial seperti pos tempat perkumpulan warga serta fasilitas tempat ibadah.
3) Sarana dan Prasarana Ekonomi:
a) Tersedianya banyak pasar juga pertokoan, seperti Pasar Tunggul
b) Adanya pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) seperti pembuatan tempe, roti, jamur
Dari adanya faktor pendorong (internal) yang ada tersebut di atas, Hal ini secara otomatis menciptakan keterkaitan fisik, infrastruktur, dan ekonomi antara lingkungan Kedawung Kidul sebagai daerah penyangga dengan kota induk (yaitu Kota Jember).
b. Struktur Sosial Masyarakat Desa dan Masyarakat Pendatang
Walaupun lingkungan Kedawung Kidul telah berubah dari lingkungan tradisional menjadi lingkungan perkotaan seiring dengan berkembangnya perekonomian dan infrastruktur, namun ditinjau dari struktur sosial masyarakatnya, khususnya struktur masyarakat pedesaan yang sudah lama bermukim dan menetap, tidak banyak perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu. Perubahan yang lebih besar pada struktur sosial yang ada, sebagian besar disebabkan oleh interaksi antara masyarakat Aborigin dengan masyarakat pendatang yang tinggal di kawasan pemukiman, keduanya merupakan masyarakat yang mempunyai nilai juga budaya yang tidak sama. Pada akhirnya perjumpaan nilai dan budaya tersebut melahirkan nilai dan budaya baru yang memciptakan perubahan sosial di lingkungan Kedawung Kidul.
Dari segi sosial, lingkungan Kedawung Kidul, seperti masyarakat lain di Jember, memiliki ciri sosial yang sama dengan nilai-nilai budaya Jawa. Ketua RW (sering disebut Pak Suryadi dalam konteks ini) mempunyai peranan penting tidak saja sebagai pemimpin formal dalam pengelolaan pemerintahan masyarakat namun juga sebagai pemimpin sosial dalam tatanan lingkungan hidup masyarakat. Hal ini berkaitan pada posisi Ketua RW yang diharuskan bisa mengayomi masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Kehadiran Pak Suryadi oleh masyarakat diberikan posisi sebagai sosok yang dihormati serta disegani.
Nilai-nilai kejawaan seperti perlunya saling menghormati juga menghargai, perlunya saling mendorong dan membantu untuk hidup bersama yang baik dianut dan diamalkan dalam kehidupan masyarakat di lingkungan Kedawung Kidul, sehingga pola hubungan interaksi yang dibangun oleh masyarakat lingkungan ini dengan masyarakat luar salah satunya berdasarkan pada nilai-nilai tersebut.
Struktur sosial masyarakat dibentuk sebab adanya ikatan kekeluargaan yang sudah berlangsung tidak sebentar, Struktur sosial yang didasarkan pada hubungan darah ini tidak hanya membentuk pola interaksi antar warga lingkungan Kedawung Kidul, namun juga membentuk pola hidup bermasyarakat antar anggota satu keluarga. Warga (RW) Rukun hidup dari pertalian darah, sehingga pada akhirnya terjalin hubungan sosial yang baik dan erat antar sesama warga. Karena struktur sosial yang terbentuk ini berdasarkan pada ikatan sosial, maka sifat solidaritas sosial, gotong royong, serta mufakat menjadi ciri khas masyarakat lingkungan Kedawung Kidul.
Dibandingkan dengan masyarakat yang sudah lama menetap di Lingkungan Kedawung Kidul, masyarakat pendatang yang tinggal di perumahan tersebut pada dasarnya mempunyai struktur sosial yang terbuka juga pragmatis, serta hubungan sosialnya yang berdasarkan pada keperluan dengan pihak atau anggota masyarakat lain. hubungan sosial yang dijalin tidaklah erat. Oleh karena itu, derajat solidaritas sosial dan gotong royong pada masyarakat pendatang pada umumnya rendah, hal ini disebabkan karena struktur sosial sebenarnya dibangun berdasarkan kepentingan dan mempunyai keterbatasan, yaitu selama ada kepentingan maka hubungan akan tetap ada dan hilang ketika minat telah terwujud.