Terdapat 4 teori perubahan sosial yang dijabarkan oleh beberapa ahli, antara lain:
a. Teori Konflik
Menurut teori ini, konflik atau perselisihan terjadi akibat pergulatan kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintah dan kelompok yang tertindas secara material sehingga menyebabkan perubahan sosial. Prinsip teori ini adalah konflik sosial serta perubahan sosial selalu berkaitan dengan struktur sosial.
Teori ini berpendapat jika yang tetap ialahh bukanlah perubahan sosial melainkan konflik sosial. Sebab perubahan hanyalah dampak dari konflik ini. Dikarenakan konflik terus berlanjut, perubahan akan terjadi.
2 tokoh yang pemikirannya dijadikan sebagai pedoman dalam Teori Konflik ini yaitu Karl Marx juga Ralf Dahrendorf. Detailnya, pandangan Teori Konflik lebih berfokus pada beberapa hal antara lain yaikni:
1) Setiap masyarakat senantiasa berubah, dan setiap komponen masyarakat umumnya menyokong perubahan dalam masyarakat.
2) Semua masyarakat umumnya berada dalam ketegangan juga konflik.
3) Stabilitas sosial akan ketergantungan pada tekanan yang dilakukan suatu kelompok terhadap kelompok lain.
Dalam konteks ini, konflik dapat diartikan sebagai proses instrumental dalam membentuk, menyatukan, serta memelihara struktur sosial. Konflik bisa membentuk juga mempertahankan batasan antara 2 kelompok atau lebih. Konflik dengan kelompok lain bisa memperjelas identitas kelompok serta menghalanginya untuk berasimilasi dengan dunia sosial sekitarnya.
b. Teori fungsionalis
Teori tersebut menerangkan jika beberapa unsur budaya dapat berubah dengan cepat, sedangkan unsur budaya lainnya tidak mampu mengikuti perubahan tersebut. Teori tersebut juga menerangkan jika perubahan sosial pasti berkaitan dengan hubungan antar unsur budaya yang terdapat dalam masyarakat.