Mohon tunggu...
Intan Qomariah
Intan Qomariah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Kiai Haji Achmad Shidiq Jember

Hobi saya makan dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan Sosial dan Pendidikan Agama Islam

24 November 2023   07:40 Diperbarui: 24 November 2023   08:07 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

a) Munculnya Sikap Individualistis

Beberapa masyarakat pendatang yang tinggal di wilayah pemukiman mempunyai sikap individualistis dan berorientasi pada kepentingan pribadi dengan interaksi sosial yang terbatas dengan masyarakat lingkungan kedawung kidul, artinya masyarakat pendatang akan berinteraksi dengan masyarakat lingkungan kedawung kidul  kapanpun mereka mampu. Individu yang tertarik dapat mengambil manfaat dari proses interaktif ini. Sikap individualistis yang mementingkan kepentingan pribadi ini tentu saja bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang sudah ada di lingkungan Kedawung Kidul, dimana nilai-nilai kekeluargaan, solidaritas dan gotong royong menjadi landasan dalam interaksi sosial antar sesama warga.

Meskipun sikap individualistis tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di lingkungan Kedawung Kidul, namun fenomena yang ada menunjukkan bahwa sebagian masyarakat lingkungan kedawung kidul ada yang mengambil sikap individualistis secara sengaja maupun tidak sengaja, dan ada sebagian warga masyarakat yang menunjukkan sikap individualistis. Hal ini terlihat pada kegiatan pembangunan lingkungan kedawung kidul, dimana anggota masyarakat yang mempunyai sikap individualistis cenderung tidak turut serta dan berpartisipasi dalam proses perencanaan pembangunan lingkungan kedawung kidul yang sedang berjalan karena dianggap tidak akan memberikan dampak atau manfaat bagi mereka. Munculnya sikap individualistis tersebut pada akhirnya mengubah pola interaksi sosial di lingkungan Kedawung Kidul ke arah yang negatif. Sikap individualistis ini membawa dampak negatif terutama pada sikap peduli sosial dan gotong royong yang terjalin di lingkungan Kedawung Kidul.

b) Menurunnya Sikap Kepedulian Sosial

Rasa kepedulian sosial yang ada di lingkungan Kedawung Kidul menunjukkan tanda-tanda penurunan, salah satu penyebabnya adalah menurunnya intensitas interaksi sosial yang dilandasi sikap peduli dan tidak mementingkan diri sendiri. Dahulu interaksi sosial di lingkungan Kedawung Kidul sangat erat kaitannya dengan berbagai bentuk kegiatan dan tidak dibatasi oleh konteks ruang dan waktu, misalnya jika ada anggota masyarakat yang melangsungkan pernikahan maka otomatis anggota masyarakat yang lain juga ikut membantu suksesnya pernikahan tersebut. Laki-laki akan bekerja sama mendirikan tenda dan menyiapkan fasilitas yang diperlukan, sedangkan perempuan akan bekerja sama menyiapkan dan menyajikan makanan untuk pesta pernikahan. Partisipasi masyarakat lingkungan kedawung kidul didasari oleh rasa solidaritas dan kepedulian sosial, sehingga partisipasi masyarakat lingkungan kedawung kidul tidak mengharapkan imbalan apa pun. Namun, dalam konteks saat ini, partisipasi masyarakat lingkungan kedawung kidul dalam pernikahan sebagian besar didasarkan pada insentif. Hanya sedikit orang yang masih bersedia meluangkan waktunya untuk membantu warga masyarakat yang sedang melangsungkan pernikahan tanpa meminta imbalan apa pun. Saat ini, sebagian orang mengharapkan imbalan dalam bentuk uang atau bentuk lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian, sikap masyarakat lingkungan kedawung kidul di atas menjadi salah satu alasan untuk mengikuti gaya atau kebiasaan masyarakat pendatang yang tinggal di Kawasan Perumahan Lingkungan Kedawung Kidul. Jika masyarakat pendatang mengadakan pesta pernikahan atau acara lainnya, mereka melibatkan masyarakat lokal dan memberikan upah atau insentif atas partisipasi masyarakat tersebut. Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat lingkungan kedawung kidul ini menimbulkan sikap egois pada masyarakat sehingga mengurangi rasa kepedulian sosial.

c) Munculnya Sikap Oportunis

Dampak negatif lainnya adalah sikap oportunistik anggota masyarakat lingkungan kedawung kidul, yang salah satunya disebabkan oleh disposisi sebagian masyarakat pendatang yang tinggal di kawasan pemukiman untuk berinteraksi dengan masyarakat lingkungan kedawung kidul berdasarkan kepentingannya sendiri. Oleh karena itu, jika masyarakat pendatang membutuhkan bantuan dari masyarakat lingkungan kedawung kidul, maka sikap masyarakat lingkungan kedawung kidul bukan lagi membantu tanpa meminta imbalan apa pun, melainkan membantu dengan imbalan yang sepadan dengan hasil kerja. Selain itu, jika acara tersebut dilakukan semata-mata untuk kepentingan masyarakat pendatang, seperti pesta pernikahan atau khitanan, maka partisipasi masyarakat lingkungan kedawung kidul dalam acara tersebut merupakan insentif yang didasarkan pada partisipasi masyarakat lingkungan kedawung kidul. Implikasi dari pernyataan ini adalah selama ada insentif maka masyarakat lingkungan kedawung kidul akan berpartisipasi, jika tidak ada insentif maka hanya sedikit masyarakat lingkungan kedawung kidul yang berpartisipasi.

Alasan lain mengapa masyarakat bersikap oportunistik adalah karena banyak pekerjaan yang digantikan oleh pendatang, sehingga mengurangi peluang penduduk lokal untuk mendapatkan pekerjaan. Jika suatu acara atau kegiatan diadakan, sebagian penduduk setempat melihatnya sebagai peluang untuk mendapatkan pekerjaan atau penghasilan, meskipun hal tersebut disengaja atau tidak disengaja.

E. Kesimpulan

Perubahan sosial ialah perubahan kebiasaan hidup manusia yang menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi geografis, budaya material, komposisi penduduk, ideologi, serta penyebaran temuan baru. Perubahan sosial melibatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Perubahan sosial terjadi sebab manusia ialah aspek dari fenomena sosial, serta perubahan sosial menyebabkan perubahan pada lebih dari satu aspek saja. Adapun bentuk-bentuk perubahan sosial ada beberapa macam bentuknya seperti perubahan sosial yang lambat, kemudian yang cepat, perubahan kecil juga besar, perubahan terencana serta tidak terencana. Kemudian dibahas teori-teori perubahan sosial antara lain teori konflik, teori fungsionalisme, teori siklus, dan teori pembangunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun