Pada saat itulah, saya cepat-cepat mengambil gambar pemandangan alam yang sangat indah itu. Dari situlah, saya menulis tentang keindahan perjumpaan dengan alam.
Goresan kecil tentang musim semi yang memanjakan mata. Satu pemandangan alam yang mengais kata-kata telah berubah hingga menjadi satu tulisan syukur kepada Tuhan.
2. Horison berpikir baru muncul pada momen perjumpaan dengan yang lain
Semula cuma sebuah mimpi. Mimpi tentang satu perpustakaan tua di kota Tübingen. Mimpi itu sudah lama, sejak saya masih di Indonesia.
Mimpi itu semakin mendekat, ketika bertugas di Jerman. Namun kesibukan itu selalu menemukan alasan tepat untuk menunda meraih mimpi-mimpi lama.
Nah pada 2 Mei 2023 itulah, mimpi lama saya telah menjadi kenyataan. Membayangkan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan, bagi saya itulah adalah bukti kebaikan dari Tuhan.
Ya, tentang belas kasihan ilahi yang membuka cakrawala berpikir untuk menemukan satu benang merah dalam relung waktu tentang mengapa mimpi bisa menjadi sebuah kenyataan?
Saya memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruang baca perpustakaan tua itu. Tampak semua kursi hampir semua terisi. Hening dan sepi. Saya cuma mendengar berisik suara kertas yang dibalik ke halaman berikutnya.
Dalam hati kecil saya, jujur ingin sekali mendapatkan sesuatu yang indah dari ruangan tua itu. Saya mencoba mengambil secara acak saja buku-buku tebal pada lemari yang tersusun rapi itu.
Tidak disangka, mata saya terpana pada nama seorang penulis Vann, Gerald, dengan judul buku yang sebetulnya memberikan jawaban atas pertanyaan saya sebelumnya: Das göttliche Erbarmen atau satu belas kasihan ilahi.Â
Oh...itukah yang namanya perjumpaan yang membuka horisan baru? Tentu saja, saya menjawab "ya."Â