Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Peluang dan Tantangan Era Persaingan Baru dan Kemandirian Industri Pertahanan Indonesia

26 April 2022   05:23 Diperbarui: 27 April 2022   05:05 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KRI Kapak-625 yang diproduksi salah satu industri pertahanan dalam negeri, PT PAL Indonesia (Persero).| Dok PT PAL Indonesia (Persero) via Kompas.com

Kemandirian industri pertahanan bangsa ini perlu menjadi perhatian serius anak bangsa seluruhnya. Mari bersatu mendukung kemandirian industri pertahanan di era persaingan baru ini.

Apa yang menjadi perhatian serius bangsa Indonesia saat ini? Demonstrasi mahasiswa yang berujung gagal paham tentang orde baru dan saat ini?

Terasa tidak harus cuma itu yang perlu dipikirkan, tetapi ada juga hal lain yang perlu mendapat perhatian seluruh anak bangsa ini, yakni terkait peluang dan tantangan era persaingan baru dan kemandirian industri pertahanan.

Penulis Kompas Dany Bayu Bramasta bersama editor Sari Hardiyanto pada 24 April 2022 menyajikan artikel yang sangat menarik berjudul "Mengenal apa itu defend ID, Holding BUMN Industri Pertahanan yang diluncurkan Jokowi."

Hari ini pula saya menyaksikan video yang dirilis KataKita terkait detik-detik peluncuran KCR ke-6 di satuan cepat terasa menjadi suatu jawaban yang sudah ditanyakan sejak 2021, sekurang-kurangnya dalam beberapa sambutan Pak Prabowo mengarahkan perhatian kepada kemandirian pertahanan tanah air.

Dari berita peluncuran KCR 60 Meter itu terlihat jelas sekali bahwa kapal cepat itu memiliki kemampuan manuver yang hebat dengan sistem anti yang berfungsi ganda yakni anti surface Warfare-ASW atau anti kapal permukaan air, juga Anti Air Warfare-AAW atau anti pesawat udara. 

Tidak hanya itu KCR punya sistem sensor dan perlengkapan persenjataan yang sangat modern dengan daya tempur yang mematikan. Itu semua merupakan kenyataan terbaru dari dunia militer kita saat ini.

Meskipun demikian, bagi saya tetap menarik untuk menyimak dan menanggapi lebih jauh lagi sambutan Bapak Presiden kita, Jokowi tentang era persaingan baru dan kemandirian industri pertahanan.

Ilustrasi tentang Peluang dan tantangan era persaingan baru dan kemandirian industri pertahanan Indonesia | Dokumen KCR ke-6: dari:airspace-review.com
Ilustrasi tentang Peluang dan tantangan era persaingan baru dan kemandirian industri pertahanan Indonesia | Dokumen KCR ke-6: dari:airspace-review.com

Seperti apa wajah dari era persaingan baru itu sendiri?

Persaingan baru yang dimaksudkan oleh Jokowi tentu saja dalam kaitannya dengan persaingan kekuatan militer dan persenjataan. Apakah kita merasa puas dengan peluncuran KCR ke-6 itu?

Tentu tidak, saya pikir bahwa era persaingan baru saat ini barangkali tidak jauh bedanya dengan sistem yang dikembangkan Austria. Bagi negara Austria keamanan siber memainkan peran yang sangat penting, terutama dalam konteks pertahanan keamanan negara.

Oleh karena begitu pentingnya, maka Austrian Cyber Security Challenge (ACSC) menyediakan kegiatan kompetisi kepada pada siswa dan bahkan menawarkan program kuliah di Universitas dengan mata kuliah "kepemimpinan teknologi informasi dan komunikasi militer', sebagaimana ditegaskan oleh Menteri Pertahanan Austria, Klaudia Tanner. (bdk. Von ots.at).

Ternyata perhatian Austria ini disambut baik oleh hampir semua negara di Eropa, tidak heran Jerman dan Swiss sudah menjadi anggotanya dalam satu kompetisi European Cyber Security Challenge (ECSC) sejak tahun 2015. 

Nah, ini hanya sebagai rujukan kepada referensi kita, jika negara-negara di Eropa menempatkan cyber security sebagai hal yang sangat penting bagi keamanan negara mereka, maka seperti apa persiapan dan rencana kita?

Wajah era persaingan baru saat ini, tentu tidak bisa dipisahkan dari kemajuan teknologi dengan cyber security-nya. Barangkali konteks era persaingan baru terhubung secara langsung dengan Metaverse.

Teknologi digital tidak bisa lagi hanya dipakai sebagai sarana komunikasi masyarakat, tetapi lebih dari itu memang harus dikembangkan untuk keamanan dan pertahanan negara kita.

Peluang dan tantangan terkait era persaingan dan industri pertahanan

Indonesia sebenarnya bukanlah negara yang kekurangan orang pintar. Orang pintar di negeri ini sangat banyak, cuma kepintaran sebagian orang itu tidak diarahkan kepada kebenaran dan kebaikan.

Sebagai akibatnya, kecerdasan itu tidak dipakai untuk kehidupan yang aman damai. Bahkan sebaliknya, orang yang punya kemampuannya tinggi sering menjadi anti terhadap kebebasan, keamanan, kemanusiaan dan lain sebagainya.

Saya akhirnya ingat lagi keponakan saya alm yang baru Sekolah Dasar saat itu. Ketika terjadi aksi penangkapan teroris yang melakukan aksi bom bunuh diri, ia menonton di TV tentang itu.

Selanjutnya ia bertanya pada ayahnya, tetapi ungkapan pertanyaan waktu itu lebih sebagai protesnya. Katanya, "kenapa mereka ditembak, mereka sebenarnya orang yang cerdas dan pintar, mereka bisa membuat senjata dan lain sebagainya."

Sekali lagi itu ungkapan hati anak kecil pada usia 8 tahun. Bagi saya, ungkapan hati itu sekaligus memberikan gambaran bahwa generasi muda saat ini memiliki imajinasi dan kreativitas cara berpikir yang jauh lebih tinggi dari generasi sebelumnya.

Tentu saja, kemampuan anak bangsa ini menjadi potensi yang bisa mengisi peluang kemajuan industri pertahanan bangsa ini, tetapi pada sisi lainnya adalah juga tantangan seberapa loyalkah anak bangsa yang cerdas itu pada bangsa dan tanah airnya sendiri.

Tantangan terbesar bisa saja datang dari anak bangsa kita sendiri. Anak bangsa yang punya kemampuan intelektual tinggi, namun gampang pula dimanipulasi dan ditunggangi.

Kompromi tanpa mengutamakan hati nurani, keadilan dan peri kemanusiaan, bisa saja menjadi potensi yang sebaliknya menumbuhkan sikap-sikap antipati pada pemerintah.

Industri pertahanan dan sistem keamanan

Sektor industri pertahanan sebenarnya masuk dalam kategori industri rahasia. Selama di Jerman, saya belum pernah melihat barisan tentara Jerman yang berjalan di jalan raya secara bersama-sama.

Mereka hanya bisa ditemukan saat mereka kembali dari tempat tugas. Bahkan di mana sentral industri pertahanan mereka juga dirahasiakan.

Dari sisi itu, tampaknya sedikit lain dengan Indonesia. Negara kita memang seperti orang yang lagi jatuh cinta. Jika baru saja jatuh cinta, dia akan bercerita panjang lebar.

Jerman bagaimanapun mereka punya kemampuan militer yang bisa diperhitungkan, namun tidak pernah muncul dalam konteks show. Ya ada juga sih, cuma kebanyakan itu film lama perang dunia I dan II.

Saat ini, tampak mereka seperti tidak punya tentara, seperti tidak punya industri pertahanan, namun jangan salah ya, industri pertahanan mereka menghabiskan dana paling banyak.

Coba bayangkan investasi dana untuk industri pertahanan Jerman meningkat dari 46,93 Miliar euro ke 49, 29 milliar euro. Artinya Jerman menaikan dana untuk mendukung industri pertahanan mereka sebesar 2, 36 miliar euro dari tahun 2021 (bdk. bmvg.de).

Tentu saja jumlah itu tidak sebanding dengan anggaran untuk pertahanan militer Indonesia pada tahun 2022 ini sebesar 9,3 miliar dollar AS atau 133 triliun rupiah (bdk. Kompas.com, 30 Maret 2022). 

Meskipun demikian, jelas sekali bahwa pemerintah Indonesia memperlihatkan keseriusannya dalam memperhatikan peningkatan kemandirian industri pertahanan Tanah Air. 

Tantangan kita tentu saja tidak akan pernah berakhir sebelum bisa mengimbangi kekuatan negara-negara yang bisa dikatakan rawan konflik. Kekuatan tandingan seperti China dan Korea Utara bisa dikatakan masih sangat jauh melampaui kekuatan kita.

Tidak percaya? Sederhana saja pembuktiannya, berapa jangkauan rudal buatan anak bangsa? Korea Utara dan China mungkin sudah punya rudal lintas benua yang menggunakan sistem digital.

Tulisan ini bukan untuk membanding-bandingkan Indonesia dan negara lainnya, tetapi lebih supaya kita bersatu dan fokus pada sorotan utama pemerintah tentang era persaingan baru dan kemandirian industri pertahanan kita.

Jika saja anak bangsa ini mau loyal berbagi kemampuan intelektualnya, maka Indonesia semakin mandiri dari waktu ke waktu. Kemandirian yang kita miliki saat ini adalah kemampuan dan potensi sumber daya manusia yang pasti mulai didukung dengan potensi alam kita sendiri.

Demikian catatan terkait era persaingan baru dan kemandirian industri pertahanan Indonesia. Pada prinsipnya jika kita bersatu, maka langkah perkembangan bangsa kita tidak akan dibendung oleh siapapun. Kita tetap maju sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Salam berbagi, ino, 26.04.2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun