Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Life Hack Pilihan

Ini Cara Praktis Saya Menemukan Kembali Kunci Kamar yang Hilang

15 Februari 2022   15:03 Diperbarui: 20 Februari 2022   19:10 3267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cara praktis menemukan kembali kunci yang hilang | Dokumen diambil dari: keeid.de

Taklukan pikiran sendiri yang menyeret Anda kepada prasangka pada seseorang dengan cara mengajaknya berbicara dari hati yang tenang.

Pengalaman kehilangan sesuatu di rumah sudah bisa diprediksi merupakan pengalaman banyak orang. Secara lebih khusus lagi bagaimana rasanya ketika kehilangan kunci kamar, kunci pintu dan kunci kantor misalnya. 

Kehilangan kunci itu merupakan pengalaman banyak orang. Mungkin juga Anda yang membaca tulisan ini pernah juga mengalami kehilangan kunci. 

Kehilangan kunci bagi saya itu pengalaman yang sangat unik dan menarik. Saya yakin sudah banyak orang mengalaminya dan tentu pula punya tips sederhana bagaimana menemukannya kembali.

Dalam tulisan ini adalah bagian dari pengalaman pribadi bagaimana saya bergulat dengan diri sendiri dan terutama dengan pikiran serta bagaimana bisa menemukannya kembali kunci yang hilang.

Cerita kehilangan kunci

Sebelum bercerita tentang bagaimana bisa menemukan kembali, saya berangkat dari pengalaman pribadi. Ya, dari kisah nyata yang saya alami pada Sabtu, 12 Februari 2022. 

Pagi hari itu sebagaimana kebiasaan orang Jerman umumnya menikmati sarapan roti kecil yang disebut dengan nama Brötchen. Pada jam 7.00 saya berangkat ke toko roti (Bäckerei) untuk membeli bagi teman-teman semuanya. Hari itu saya membeli 8 Brötchen dan 5 Croissant.

Waktu keluar dari pintu, saya membuka pintu depan rumah dengan menggunakan kunci yang saya bawa, demikian juga ketika kembali, saya menggunakan kembali kunci yang ada ditangan saya. Selanjutnya, sepanjang hari itu, saya tidak pergi ke mana-mana.

Ya, saya tidak pernah keluar rumah. Setelah sore hari pukul 17.16 sore saya keluar dari kamar dan tanpa mengunci kamar karena saya tidak lagi melihat kunci kamar.

Selama satu jam lebih saya mencari kunci kamar tidur, kunci untuk semua pintu dan kunci kantor. Saya sampai kehilangan akal dan mulai bertanya kepada teman-teman lainnya. Semua mereka mengaku bahwa tidak melihat kunci saya.

Oleh karena ada kegiatan bersama yang mengharuskan saya meninggalkan kamar, maka rasa hati saya semakin gelisah. Pikiran buruk mulai merasuk pikiran saya.

Saya semakin cemas kalau pintu kamar tidak dikunci sementara di rumah masih ada seorang tamu yang belum lama ada di samping kamar saya. Rasa curiga semakin meningkat bersama dengan rasa takut yang sudah ada. Saya menjadi begitu takut, karena pengadaan kunci baru itu sangat mahal di Jerman, apalagi ada 5 kunci berbeda.

Membuat sistem pengaman

Oleh karena rasa takut dan cemas itu, maka saya membuat sistem pengaman dalam kamar, saya tinggalkan HP tidak di atas meja, tetapi di dalam selimut dengan posisi rekaman suara sedang online. Komputer dimatikan, biar kalau ada yang masuk ke kamar, dia tidak bisa membukanya karena ada system scan jari.

Meskipun begitu, saya masih juga tidak aman, oleh karena saya keluar dari kamar dan menggeserkan keset di depan kamar dengan kemiringan tertentu yang sudah saya hitung, jika ada yang masuk, maka akan ada pergeseran.

Perubahan sedikit saja, bagi saya itu sudah menjadi petunjuk bahwa ada yang masuk ke kamar. Strategi yang memberikan kepastian dan rasa aman saya bangun dalam sekejap.

Di dalam kamar, saya letakan beberapa kertas dengan titik-titik arah yang sudah saya hitung, untuk melihat apakah ada perubahan atau tidak sama sekali. Setelah setengah jam, saya kembali, terlihat sama sekali tidak ada pergeseran, sementara tamunya juga belum pulang.

Hati saya kembali teduh dan lega. Meskipun begitu, pikiran saya masih saja kemana-mana, bahkan terlihat sekali rasa takut dan berbagai macam kecurigaan terjadi pada saat kehilangan kunci itu.

Makan malam pun tiba, saya terus terang mengatakan kepada teman-teman saya bahwa kunci kamar saya sudah hilang. Ada yang bertanya hilang dimana dan lain sebagainya.

Ya, namanya hilang, bagaimana saya tahu. Saya bercerita kembali semua aktivitas saya sepanjang hari ini. Kemudian seorang teman, meneguhkan saya katanya, "Na ya, kalau begitu, pasti kunci itu ada di dalam rumah. Coba periksa kembali di saku celana, Jaket dan tas mu."

Saya mengatakan kepadanya, "semuanya saya sudah periksa, namun saya tidak menemukan kunci itu." Seorang teman lain mengatakan, "Ja, du bist nicht mehr jung" atau "ya kamu tidak muda lagi."

Sementara itu teman lain juga menceritakan pengalamannya yang sama, bahwa ia pernah beberapa kali lupa kunci kamarnya. Semua komentar teman-teman tidak memberikan jawaban, selain menganjurkan kepada saya untuk mencari kembali dengan tenang.

Apa yang saya lakukan setelahnya?

1. Saya kembali ke kamar dengan tenang, lalu duduk santai pada sebuah kursi sambil merujuk kembali tentang bayangan aktivitas pribadi saya sepanjang itu.

2. Saya membuka laptop dan menghidupkan instrumen suara suling dan berusaha menikmati instrumen itu.

3. Selanjutnya saya berjuang melawan pikiran dan kecurigaan saya pada tamu di sebelah saya.

4. Memejamkan mata lalu mengambil jarak dengan diri sendiri, sambil mencermati kembali kebiasaan saya sendiri membawa kunci.

5. Mengajukan pertanyaan sederhana seperti ini: dimana biasanya kunci itu disimpan setelah menutup pintu? Dimana kunci ditempatkan setelah masuk kamar ketika hendak istirahat? 

6. Tahap selanjutnya adalah tahap pemeriksaan ulang. 

Pada tahap rekonstruksi itu, saya keluar dari kamar dan masuk kembali kamar, nah pada saat itu saya akhirnya ingat kebiasaan saya saat masuk ke kamar setelah makan malam. Biasanya saya mencabut kunci dan menaruh kunci di atas meja yang berada dekat pintu. Ketika saya memeriksa kembali tumpukan koran dan kertas-kertas di atas meja itu, saat itulah saya menemukan kembali kunci. 

Ternyata kunci itu hanya ditutup dengan 3 kertas HVS yang adalah teks yang pada hari itu saya print untuk kegiatan pada Minggu, 13 Februari 2022. Ya, saya mengakui bahwa ketika tertutup dengan kertas itu, saya tidak bisa menemukannya lagi dengan cepat. Ya lupa total.

Bagi saya pengalaman kecil itu merupakan pengalaman penting yang sangat berguna dalam proses mengenal diri sendiri. Apa yang bisa saya refleksikan dari pengalaman kehilangan kunci, ini ada beberapa poin:

1. Rasa aman

Semua orang ingin memiliki rasa aman dalam hidupnya. Hidup tanpa rasa aman adalah hidup yang tidak enak. Ya, bisa juga dikatakan hidup tanpa rasa aman, sama dengan hidup yang penuh kegelisahan.

Rasa aman itu baru dirasakan begitu penting ketika ada sesuatu yang menjadi pegangan dan jaminan rasa aman itu hilang. Kunci adalah jaminan rasa aman. 

Kehilangan kunci sama dengan kehilangan rasa aman. Tentu siapa saja pernah mengalami kehilangan rasa aman, meskipun dalam kasus yang berbeda. 

Kebutuhan rasa aman dalam diri manusia itu ternyata sangat tinggi, tidak heran kalau setiap akun media sosial selalu dilengkapi dengan kata kunci dan kode konfirmasi. Kata kunci atau password dan kode konfirmasi itu merupakan jaminan rasa aman bagi pemiliknya.

Kehilangan kunci itu sama dengan membiarkan selamanya terbuka atau membiarkan terus tertutup. Nah, keadaan seperti itu tentu bukan keadaan ideal. Paling bagus kalau seandainya, kapan dibuka dan kapan ditutup selalu ditentukan oleh pemiliknya sendiri.

2. Menepis rasa curiga

Kehilangan jaminan rasa aman telah menjadi saat untuk mengenal seberapa besar ruang gelisah dan cemas dalam diri. Sebagai manusia tentu semua orang punya kecemasan dan rasa curiga. Namun, rasa cemas dan curiga yang saya alami itu terasa sudah keterlaluan.

Saya bisa-bisanya berprasangka buruk sekali terkait kehadiran seorang tamu. Tamu orang baru dalam rumah menjadi alasan kecemasan yang tidak teratur. 

Nah, bagaimana caranya untuk berdamai kembali dengan tamu dan prasangka buruk saya? Cara untuk menepis kecemasan itu adalah dengan mengajak tamu bercerita tentang pengalaman kehilangan kunci. 

Pembicaraan yang akrab dengan seorang tamu atau orang baru sama dengan cara membuat kunci pengaman lainnya. Ya, "semakin kamu saling percaya, maka semakin kecil ruang kecurigaan dan kecemasan itu."

Dari pengalaman kehilangan kunci itulah, saya telah belajar menemukan kunci pengaman dalam diri orang lain; ya, dalam diri orang lain dan sesama, kita bisa menemukan rasa aman.

3. Menepis penghakiman dari pikiran sendiri

Pergulatan pribadi saat mengalami kehilangan kunci kamar, membuka wawasan saya tentang bagaimana kekuatan penghakiman yang datang dari pikiran sendiri. Saya menjadi sadar bahwa betapa banyak manusia di bumi ini yang hidup dibawah tekanan penghakiman pikirannya sendiri.

Hari ini saya berbagi cerita seperti itu dengan teman, katanya dia juga mengalami bahwa terkadang pikirannya diliputi rasa takut, penuh prasangka buruk, penuh prediksi yang membuat dirinya kehilangan rasa aman. 

Nah, manusia mau tidak mau hendaknya bisa menata pikirannya. Saat pertama kehilangan kunci, saya langsung berpikir bagaimana kalau benar-benar hilang, berapa besar biaya ganti kunci-kunci itu? Saat itu pikiran buruk berdatangan. 

Ada yang berbisik, nanti teman-temanmu akan mencibirmu, dan lain sebagainya. Padahal, sama sekali tidak terjadi demikian, malah sebaliknya, mereka memberikan saran yang membuat saya lebih tenang.

Godaan pikiran sendiri itu, bagi saya sangat penting untuk dicermati. Menjadi kritis dengan pikiran sendiri, barangkali bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, ketenangan batin itu sangat penting.

Saya ingat ucapan seorang Thomas Merton: Your life is shaped by the end you live for. You are made in the image of what you desire," atau hidupmu dibentuk oleh tujuan hidupmu. Kamu diciptakan dalam gambaran dari apa yang kamu inginkan. 

Poros kesadaran diri untuk tetap positif atau kembali menjadi positif dan bisa mempercayai orang lain  merupakan cara yang tepat agar tidak terbawa lebih jauh lagi oleh kesesatan pikiran sendiri.

Cara untuk membedakannya sederhana, orang perlu pegang prinsipnya saja, bahwa yang namanya mencurigai orang lain tanpa punya bukti itu pasti tidak benar. Lebih baik bertanya langsung pada seseorang yang mencurigakan daripada hanya mencurigai tanpa bertanya dan terbuka mengatakan kecemasan.

4. Perkara konsentrasi pikiran

Kurang konsentrasi pikiran sebenarnya bukan pertama-tama oleh karena faktor usia, tetapi lebih-lebih karena pola makan, waktu istirahat yang tidak cukup dan karena pernafasan yang tidak benar. Memiliki konsentrasi itu sangat penting dan oleh karena itu, orang hanya perlu mempertimbangkan faktor makanan yang sehat, waktu tidur yang cukup, minum air secukupnya sekurang-kurangnya 1, 5 liter sehari dan punya kebiasaan bernafas yang sehat.

Bukan tidak mungkin bahwasannya setiap orang dalam sehari mengalami banyak hal, punya banyak program dan segala macam kesibukan baik direncanakan, maupun yang datang tiba-tiba. Bagaimana bisa tetap fokus pada apa hal-hal yang direncanakannya? 

Poin yang bagi saya penting diketahui adalah cara mengatasinya melalui minum air secukupnya, dan pernafasan yang benar. Kebiasaan kecil yang pernah saya lakukan adalah pada saat benar-benar lelah, saya mengambil waktu untuk beberapa kali menarik nafas panjang dan menghembusnya dengan pelan beberapa kali, lalu memejamkan mata untuk mengikuti sinyal dari tubuh supaya sejenak istirahat.

Pada saat-saat seperti itu umumnya saya rasakan sekalipun cuma 10 menit, tetapi pulas dan segar, terasa seperti energi tubuh itu dikembalikan. Apalagi setelahnya minum segelas air putih segar. Ya, mirip seperti pada komputer saat refresh, kecepatan loading komputer menjadi berubah setelah melalui proses refresh itu.

Demikian kisah kecil tentang kehilangan kunci yang telah membawa saya kepada pintu pemahaman diri terkait fenomena lupa. Lupa adalah bagian dari cerita hidup manusia. Melupakan hal yang berkaitan dengan jaminan keamanan merupakan hal yang tidak enak; seseorang bisa terbawa ragam emosi jiwa: gelisah, cemas hingga curiga dan prasangka yang bukan-bukan. 

Kisah kehilangan kunci mengingatkan kembali tentang pentingnya 4 hal yang disoroti dalam tulisan ini: rasa aman, menepis curiga, menepis penghakiman dari diri sendiri, perkara konsentrasi dan cara memperoleh konsentrasi. Ya, sebuah kisah sederhana yang nyata dalam kenyataan sehari-hari tentang pentingnya konsentrasi dan menata pikiran sendiri.

Salam berbagi, ino, 15.02.2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun