Sementara itu teman lain juga menceritakan pengalamannya yang sama, bahwa ia pernah beberapa kali lupa kunci kamarnya. Semua komentar teman-teman tidak memberikan jawaban, selain menganjurkan kepada saya untuk mencari kembali dengan tenang.
Apa yang saya lakukan setelahnya?
1. Saya kembali ke kamar dengan tenang, lalu duduk santai pada sebuah kursi sambil merujuk kembali tentang bayangan aktivitas pribadi saya sepanjang itu.
2. Saya membuka laptop dan menghidupkan instrumen suara suling dan berusaha menikmati instrumen itu.
3. Selanjutnya saya berjuang melawan pikiran dan kecurigaan saya pada tamu di sebelah saya.
4. Memejamkan mata lalu mengambil jarak dengan diri sendiri, sambil mencermati kembali kebiasaan saya sendiri membawa kunci.
5. Mengajukan pertanyaan sederhana seperti ini: dimana biasanya kunci itu disimpan setelah menutup pintu? Dimana kunci ditempatkan setelah masuk kamar ketika hendak istirahat?Â
6. Tahap selanjutnya adalah tahap pemeriksaan ulang.Â
Pada tahap rekonstruksi itu, saya keluar dari kamar dan masuk kembali kamar, nah pada saat itu saya akhirnya ingat kebiasaan saya saat masuk ke kamar setelah makan malam. Biasanya saya mencabut kunci dan menaruh kunci di atas meja yang berada dekat pintu. Ketika saya memeriksa kembali tumpukan koran dan kertas-kertas di atas meja itu, saat itulah saya menemukan kembali kunci.Â
Ternyata kunci itu hanya ditutup dengan 3 kertas HVS yang adalah teks yang pada hari itu saya print untuk kegiatan pada Minggu, 13 Februari 2022. Ya, saya mengakui bahwa ketika tertutup dengan kertas itu, saya tidak bisa menemukannya lagi dengan cepat. Ya lupa total.
Bagi saya pengalaman kecil itu merupakan pengalaman penting yang sangat berguna dalam proses mengenal diri sendiri. Apa yang bisa saya refleksikan dari pengalaman kehilangan kunci, ini ada beberapa poin: