Mohon tunggu...
Ahmad Setiawan
Ahmad Setiawan Mohon Tunggu... Editor - merawat keluarga merawat bangsa

kepala keluarga dan pekerja media

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

(FFA) Smartphone

19 Oktober 2013   21:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:18 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Smartphone-nya. Eris beliin ya, Ma?”

“Tidak sekarang Eris, sayang. Ingat, dulu kita sudah pernah berdiskusi soal ini. Mama sama Papa membelikanmu handphone agar kita bisa ngobrol langsung. Tidak lewat chatting, apalagi facebook dan twitter. Lagi pula smartphone itu bukan barang murah, Eris,” Elak Mama tetap tenang. Eriska mulai melihat ada tanda-tanda penolakan. Ia kembali melancarkan jurus rayuannya.

“Harganya sudah murah, kok, Ma. Nayla bilang smartphone punyanya itu harganya dua setengah juta rupiah. Itu dulu. Waktu ia dibelikan papanya setahun yang lalu. Kalau sekarang-sekarang ini harganya mungkin hanya setengahnya.”

“Kalaupun begitu, kamu, kita, harus bisa membedakan antara keinginan dengan kebutuhan. Smartphone yang kamu inginkan ini belum tentu barang yang betul-betul kamu butuhkan.”

“Tetapi, Eriska butuh, Ma. Buat diskusi sama teman atau untuk tanya-tanya soal pelajaran di sekolah.” Eriska bersikeras sambil memegangi tangan kiri Mamanya dengan kedua tangannya. Mama tersenyum.

“Kalau hanya seperti itu kan bisa lewat nelpon langsung atau sms-an.”

“SMS beda sama chatting, Ma,” sungut Eriska. Mama diam. Ia tidak mau berdebat lagi lagi dengan anak semata wayangnya. Keputusannya sudah bulat.

“Jadi, Mama tidak mau membelikan Eriska smartphone seperti Nayla?” Cecar Eriska.

“Bukan tidak mau. Tetapi belum. Nanti, kalau kamu sudah dewasa Mama pasti akan membelikannya untukmu,” jawab Mama dengan nada tegas.

“Huh, Mama tidak adil! Mengapa Mama dan Papa boleh memiliki smartphone yang harganya mahal-mahal, sementara Eris tidak boleh?” Protes Eriska dengan nada menggerutu.

“Eriska! Smartphone Mama, juga Papa, digunakan untuk pekerjaan kantor. Nanti, kalau Eris sudah seperti Mama, Eris pasti akan membutuhkannya juga. Sekarang, Eris adalah seorang anak pelajar SMP. Yang Eris butuhkan adalah bermain dan belajar. Smartphone itu bukan alat permainan. Apalagi untuk belajar. Malah, bisa-bisa Eris tidak mau belajar kalau sudah punya smartphone. Padahal, sebentar lagi kamu akan menghadapi ujian akhir,” jawab Mama kali ini dengan nada yang lebih tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun