“Awas, Pak,” kata Oneng sambil menarik tangan saya.
Ada apa?
Rupanya, Oneng bisa melihat sala satu dari tiga tuyul yang mengejar-ngejar anak saya dan dua pembantu itu. Salah satu tuyul mlelilitkan ular warna kuning di lehernya.
Menurut Oneng ular itu hendak mematok saya. Itulah sebabnya dia menarik tangan saya.
Syukurlah, ada tetangga yang membantu dengan mantera-mantera, sedangkan yang lain menonton tanpa reaksi.
Saya telepon Pak Misbah di Banten. Di rumah ada garam yang dipakai, al. untuk mengusir makhluk halus.
Pak Misbah mencoba menghalau tuyul. “Pak, segera bawa mereka (maksudnya anak saya dan dua pembantu-pen.) ke sini,” kata Pak Misbah.
Rumah saya kunci dan anak saya dan dua pembantu saya bawa ke kantor dalam kodisi pucat-pasi dan gemetaran. Kunci saya titip di tetangga.
Anak saya tidak bisa melihat tuyul-tuyul itu, tapi dia merasakan tuyul-tuyul itu dekat dengan badannya.
“Huh,” kata anak saya sambil menarik napas dan mengangkat bahu setiap kali dia merasa tuyul dekat denga badannya.
Pukul 16.00 anak saya, Oneng dan Minah saya bawa ke rumah Pak Misbah di Cilegon, Banten.