Kenapa kita tidak ingin atau berani berbagi dengan suku-suku lain di luar Jakarta-Jawa, yang juga ingin mengenyam cita-cita Indonesia merdeka? Yaitu, keadilan sosial berupa kesejahteraan ekonomi dan kenyamanan buah pembangunan.
Rasa kecintaan pada Ibukota Jakarta, tampaknya menghalangi kita untuk berbagi kebahagiaan bagi masyarakat Indonesia di daerah-daerah lain, agar merasakan kemajuan seperti Jakarta, dan terlepas dari ketertinggalan.
Dengan asumsi ini, saya berharap pak Jokowi tetaplah pegang kontrol kemudi, dan arahkan perahu bangsa ini tetap lurus dengan niat membangun IKN Nusantara, ya.
Inikah Puncak Revolusi Mental Bangsa? Â
Perdebatan tentang ibukota Negara Nusantara ini, tampaknya akan menjadi garis batas, antara pemikiran keIndonesian tradisional, dengan pemikiran kebangsaan modern.
Presiden Abdurrahman Wahid telah mencanangkan wawasan Nusantara, bahwa Indonesia adalah negeri maritim kepulauan, bukanlah negeri dengan pendekatan agraris. Kita telah terlalu lama membelakangi lautan, saatnya menjadikan laut sebagai muka depan, bukan halaman belakang, begitu kata Gus Dur.
Dan kini Presiden Jokowi coba meningkatkan pemikiran wawasan Nusantara - Gus Dur itu, dengan mengubah pendekatan Jawa-sentris menjadi Indonesia-sentris, dengan melengkapi konektivitas antara wilayah, dengan membangun infrastruktur jalan, pelabuhan, bandara, serentak di seluruh Indonesia, serta memulainya berfokus dari daerah luar Jawa, Indonesia Timur, dan perbatasan.
Jelas, kini Indonesia keluar dari paradigma bangsa pertanian, insan yang self-center (meminjam istilah Prof. Rhenald Kasali), yang berfikir terpusat pada dirinya (Jakarta-Jawa).
Menjadi paradigma bangsa modern yang maju dan berpusat pada Indonesia sebagai wawasan Nusantara. Yaitu, bangsa yang berfikiran terbuka, tidak sempit fikir, chauvinistic-kedaerahan, mudah menerima perubahan, tidak selfish, tidak self-center, tidak baperan, berfikir kreatif, berfikir out of the box, berani keluar dari zona nyaman, dan punya terobosan atau mimpi besar.
Ini akan menjadi titik tolak perubahan pola pikir bangsa, sebuah revolusi mental bangsa.
Jika Jokowi kokoh, dan keputusan Mahkamah Konstitusi menggugurkan gugatan penolak UU IKN, maka ini akan menjadi titik tolak bahwa Indonesia bisa berangkat menjadi bangsa maju di tahun emas 2045.