Mohon tunggu...
indrawan miga
indrawan miga Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis, pendidik, petani

Pernah wartawan di beberapa media cetak nasional. Kini penulis dengan peminatan topik pendidikan, pertanian, dan lingkungan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Jokowi, Tolong Jangan Batalkan Ibu Kota Nusantara

8 Februari 2022   15:11 Diperbarui: 8 Februari 2022   15:49 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
petisi untuk pak Jokowi, hentikan rencana ibukota Nusantara,  sumber change-org 

Apakah mereka tidak melihat begitu banyak tempat yang masih miskin dan terlantar karena pemimpin daerah tidak mampu mengembangkan wilayahnya?

Apakah mereka tidak melihat begitu banyak kerusakan alam dan bencana hidrometerologi karena ulah keserakahan orang dan pejabat?

Jangan melulu keenakan di Jakarta.

Warga ibukota Jakarta dan kota sekitar nya, sudah terlalu nyaman dengan berbagai fasilitas. Jalan mulus, jalan tol banyak, mau kemana saja gampang. Harga barang dan pangan, stabil, murah, dan mudah dibeli, tidak pernah langka.

Pasar ada di mana-mana, pasar basah sampai mal modern. Listrik rumah tidak byar-pet, puskesmas dan rumah sakit banyak, pelayanan kesehatan baik, BPJS terlayani. Gedung sekolah bagus, jumlah cukup,  dan gratis. Ada tempat hiburan di berbagai sudut kota. Pekerjaan bergaji mahal juga ada.

Jabodetabek adalah kota yang lengkap, nyaman, aman. Saya tinggal di Depok, dan menikmati  kenyamanan itu, dengan fasilitas KRL murah, akses tol, harga pangan stabil, dan tak pernah antre kelangkaan.

Memang benar, di Jakarta yang masih ada warga mukim di tempat kumuh, gang sempit, bawah tol, dan  bantaran Ciliwung.  Mereka ini khas kaum urbanisasi yang belum terkelola sehingga menjadi tetap sebagai spot kemiskinan di beberapa titik Jakarta. Tapi, itu tidak mengubah citra Jakarta sebagai metropolitan yang megah.

Pertanyaannya, apakah kita tak perlu menumbuhkan Jakarta-Jakarta maju lain di seluruh Indonesia?

Saya menilai, dasar pikir para pengkritisi ini lebih didorong oleh kelekatan kenikmatan akan kota metropolis Jakarta, yang lekat tertanam secara historis maupun kultural sebagai ibukota .

Melepaskan diri dari Jakarta, seperti kehilangan pegangan, semacam keragu-raguan yang menakutkan.

Apakah itu semacam self-sentris, atau Jakarta-sentris?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun