Hatiku terasa ingin teriak menyudahi proses tawar menawar ini. Biarkan aku saja yang membeli kemeja ini. Tak perlu basa-basi untuk menawar.Â
Kini aku paham ribetnya proses tawar menawar ini. Si pembeli dengan kengototannya untuk harga paling murah dan si penjual dengan keteguhan hati bertahan dari harga yang disampaikan.Â
Ibarat permainan tarik tambang. Kedua pihak berusaha sekuat tenaga bertahan. Siapa yang paling kuat tentu akan jadi pemenang.Â
"Gimana ci? ", si ibu berusaha menekankan sekali lagi
Si cici hanya bisa tersenyum. "Belum bisa bu"
"Ah pelit sekali. Macam gimana toko bisa ramai kalau harga kemahalan"
Yaudah, saya bisikin harga khusus dan terakhir buat ibu gimana?Â
Si ibu mengangguk antusias.
Seketika si cici membisikan sesuatu di kuping ibu itu. Entah apa yang terucap. Aku hanya bisa melihat bibir si cici berkomat-kamit dengan ditutupi tangan. Seakan khawatir orang lain seperti diriku mendengar apa yang diceritakan.Â
Tiba-tiba wajah si ibu berubah. Ekspresinya terlihat kesal setelah mendapatkan bisikan si pemilik toko.Â
"Ah, lebih baik saya cari toko lain saja. Disini barangnya mahal-mahal"