“Tapi tahun lalu, si Ari itu tidak ada di papan tulis termasuk dalam daftar tidak naik kelas. Karena waktu itu saya juga ikut rapat.”
“Naik bersyarat Pak.” Pak Ijal berusaha memperjuangkan pendapatnya.
“Sudah-sudah,” Kepala Sekolah memotong pedebatan kami, “Pokoknya tolong Pak Ardi bertanggung jawab atas perubahan perilaku si Ari. Intinya ini permasalahan tahun lalu. Dan Pak Ardi telat memeperhatikannya. Jadi tolong dibimbing, jangan sampai buat malu Bapak kemudian?”
“Siap Pak,” jawab Ardi gagah seolah mendapat angin kemenangan.
Sidangpun selesai, Ardi mengucapkan terimakasih kepada semua yang ada di ruangan. Tak luput 3 guru produktif itu disalaminya. Terasa tangan Pak Adil dingin seperti Es. Ardi bertanya-tanya dalam hati, mengapa tangannya dingin? Ada apa?
Mengingat perkataan mereka kalau si Ari naik bersyarat, Ardi langsung menghampiri Pak Aminin selaku wali kelasnya tahun lalu. Ia menjawab bahwa si Ari tidak ada masalah waktu itu. Dan dia tidak naik bersyarat. Pak Aminin pun siap memberikan kesaksian dipanggil jika berbohong.
Ardi memegang bahu Ari. Menyampaikan semua yang didapatnya di ruang Pak Kepala Sekolah kepada Ari. Ari harus mengubah perilaku. Jika ketemu dengan guru-guru, terutama guru produktif, salami mereka. Tanyai kabarnya. Apapun yang disuruh guru lakukanlah. Upayakan melayani mereka. Terutama mereka yang minta dihargai dan dihormati.
Ari mengangguk berusaha mengerti. Ia pun segera menghampiri guru-guru yang disebutkan tadi. Ucap maaf pun tak luput disampaikannya. Tapi masalah belum selesai. Karena laporan magangnya belum ditanda tangani Pak Adil, karena masih ada kesalahan penulisan.
Kepahiang, Bengkulu, Juni 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H