Cerita Pendek
Oleh Muhammad Indra
Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 1 Ujan Mas
Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu
Ardi tak tahu mengapa berubah sedrastis ini. Biasanya tidak pernah peduli dengan urusan orang lain. Malas-malasan bekerja. Masuk jarang. Disiplin kerja sering dilanggar. Seketika luput saat melihat nama itu muncul di papan keputusan.
Matahari agak melintasi titik puncaknya. Sebelum sampai rumah, ia sempatkan mampir ke rumah salah satu siswa yang namanya tertulis di papan tulis yang dilihat dan diperjuangkannya tadi. Nama itu seolah memecutnya yang tidak peduli akan kelakuan si siswa yang telah membuat beberapa guru untuk mengambil keputusan untuk tidak meneruskan kelasnya. Tidak naik kelas.
Motor masuk pekarangan rumah. Klakson berbunyi. “Assalamu’alaikum? Yuk!” salam Ardi ke penghuni rumah tepat di mana ia memarkir motor. Seorang wanita paruh baya berjilbab hitam, berbaju merah bercorak gambar bintik-bintik hitam, dan bercelana hitam keluar dari ruangan.
“Di,” sapanya. Ardi menyambut salam tangannya. “Ada apa? Oya, silahkan duduk.”
Ardi melepaskan tas ransel berisi dokumen dan laptop dari bahu. Jaketpun juga diepaskan. Ia harus mencari sela dan cara terbaik untuk menerangkan kepada wanita ini. Agar ia berlapang dada mendapat berita dari Ardi tentang anaknya.
“Ari ada Yuk?” Tanya Ardi mencoba memulai percakapan. Di depan pandangannya seorang gadis belia tersenyum-senyum sipu setelah memarkir motor di halaman rumahnya. Pandangan yang nyaris membuyarkan kosentrasi untuk mencoba menjelaskan kejadian yang menurut Ardi pahit bagi si wanita paruh baya dan anaknya.
“Lagi memancing,” jawabnya, “Memang ada apa?”