Empat negara ini, bila digabung sebagai kekuatan militer, tentu mampu bicara “tak sedikit”. Bahkan mendikte. Dalam pertarungan di Laut China Selatan. Itu belum dengan catatan seluruh negara ASEAN.
Yang makin menarik dari segi demografi. Indonesia, Thailand dan Vietnam sedang menuju puncak populasi penduduk muda produktif. Intensitas angkatan muda yang besar itu sedang bergerak di Thailand dalam aksi demonstrasi mahasiswa. Bonus demografi yang bertenaga. Negara tinggal mengatur ritme sentripetal dan sentrifugalnya.
Kehadiran Suga memberi angin dingin dalam panas kayuhan perlombaan senjata tempur yang mulai memenuhi Kawasan Pacific. Kendali Suga terlihat dari ketegasan proposal-proposal yang diajukan ke sejumlah penjuru negara. Di dalam negeri, Suga malah dituduh paling arogan oleh Partai Komunis Jepang. Suga menolak enam nominasi scholar Lembaga Ilmu Pengetahuan Jepang yang berpengaruh. Jepang, dalam setiap potret samurai yang diperagakan, terkenal juga sebagai pemimpin di bidang peraihan sains dan teknologi.
Suga bahkan sudah mulai "mendisiplinkan" persoalan Korea Utara. Tanpa menoleh ke Korea Selatan.
Pria kelahiran 6 Desember 1948 itu secara lincah menenun serat-serat pengaruh dari lambang Ganesha, gajah yang dipercaya sebagai wadah ilmu pengetahuan. Ketika Indonesia membunuh 24 ekor gajah selama lima tahun terakhir, pancaran cahaya hewan purba ini berbeda di Jepang. Dua kandidat yang disingkirkan Suga juga bukan main-main, sosok yang menjadi triumvirat negara-negara demokratis bersama Menteri Dalam Negeri, yakni Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan.
Hubungan Jepang sedang tidak membaik dengan sejumlah negara. Namun seorang Suga yang berangkat dari visi besar Restorasi Meiji di Jepang ini sungguh memberi kejutan, sekaligus keyakinan diri. Restorasi telah membelakangkan para tuan tanah dan kaum samurai. Tiga kelomopok maju ke depan: pedagang, petani dan nelayan. Pedagang kelontong Jepang dikenal sebagai intelijen kuat sebelum Perang Dunia Kedua. Nelayan Jepang adalah penyedot ikan terbanyak di Samudera Atlantik dan Pasifik. Keberhasilan reformasi agraria di Jepang telah membuat petani Jepang sebagai stabilisator yang memberi dampak kuat di pedesaan.
Seediq Mona Rudao
Dalam pentas yang berkebalikan, Jepang pernah menghadapi kaum hutan rimba suku pedalaman Taiwan. Mona Rudao menjadi simbol utama. Tahun 1930, Mona memimpin pergerakan 300 orang suku Seediq terhadap penjajahan Jepang.
Film berdurasi 4 jam produksi John Woo berjudul Warriors of the Rainbow: Seediq Bale membawa kisah itu makin mendunia. Film yang luar biasa dari sisi sinematografi. Penuh nilai. Jantan. Benar-benar suara dari rimba raya dengan pengorban semua pihak. Balatentara Jepang yang bersenjata modern bahkan menggunakan zat pembunuh yang dijatuhkan dari pesawat.
Suga, bisa saja sudah menonton film itu. Posisi daerah kelahirannya ikut terangkat. Suku pedalaman disana dibunuh pasukan dari dunia modern Jepang. Mona Rudao yang memenggal kepala tantara Jepang, Suga sesak dengan kisah berdarah di daerah asalnya. Kekuatan suara pedalaman dari hutan rimba Yuzawa bergemuruh dalam lelaku Suga. Berapapun harganya, dunia tidak bisa lagi diserahkan kepada senjata-senjata modern. Walau, cara melawannya juga dengan mempersenjatai diri dengan teknologi modern.
Sejumlah negara langsung tunduk kepada suara rimba raya itu, termasuk Australia yang batal berangkatkan armada. Negara yang juga tak bersahabat dengan kaum Aborigin. Suga menempatkan diri sebagai Seediq yang telah membakar seluruh bangunan primordial politik yang bersarang di dalam partai yang sejak tahun 1996 diwakili Suga dari Yokohama. Ganesha makin menambah kekuatan itu.