"Tersesat?"Â
"Bukan! Dua tahun lalu ada pendaki perempuan yang terjatuh dari tebing, tetapi jenazahnya tak pernah ditemukan. Padahal lokasinya tak jauh dari pos lama."
Dada Farhan terasa sesak. Degup jantung berdebar dan kuping terasa pengang. Ia tak dapat lagi mendengar lanjutan cerita dari petugas di sampingnya. "Itu bukan Amira, aku yakin," ucapnya dalam hati.Â
Farhan mengalihkan pandangannya pada suasana alam. Berusaha menenangkan diri, seraya mengatur tempo nafasnya. Dari kaca spion mobil, ia menatap ke arah pondok di kaki gunung. Dan perlahan menghilang ditelan rimbun pepohonan.Â
Para pendaki membenamkan kegelisahan dan penat di kaki dan puncak gunung. Bila kaki dan puncak gunung dicabik, digali dan dialih fungsi. Tentu kegelisahan dan penat yang bersemayam akan terus menghantui.
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Indra Rahadian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H