"Ternyata, selain cantik, kau juga pintar dan bijaksana, May!" Ucap Octo kagum.
"Octo, kau semut bukan buaya!" Canda May, sambil mengajak Octo pergi menuju sarangnya.
Mereka pun berjalan bersama, terlihat dengan akrab bercerita satu sama lain.
Tak lama kemudian...
Tiba-tiba seekor burung emas terjatuh dari atap rumah, terluka pada sayap dan kepalanya akibat ulah usil anak manusia, hingga menemui ajalnya dibawah tembok timur.
Bangkainya yang berada didekat koloni semut merah berkeliaran, mengundang kedatangan semut merah untuk mengambilnya sebagai makanan.
Namun kehadiran semut merah ditempat itu sangat terlambat, karena koloni semut hitam tengah mencacah dan membawa bagian-bagian burung emas kedalam sarang mereka.
akhirnya perselisihan tak dapat dihindarkan, semut merah menyerang semut hitam dengan hebatnya, masing-masing mereka bertarung tanpa takut.
Semut hitam meskipun ukuran tubuhnya lebih kecil dari lawannya, namun jumlah semut hitam amatlah banyak.
Begitupun semut merah, meskipun jumlahnya sedikit, tapi tak ada rasa takut ataupun gentar dalam menghadapi lawan-lawannya.
Mereka sudah lama saling membenci, semut hitam merasa bahwa kawasan koloni mereka terganggu dengan aktivitas semut-semut merah yang seringkali menghalangi semut pekerja mencari makanan.