Suatu ketika, sarang kami disebuah pohon ditebang dan menyebabkan ratu kami tewas karena tertindih kaki manusia yang menebangnya.
Padahal sebelumnya hidup koloni kami tenang dan damai, makanan berupa kutu daun, nyamuk, lalat dan hama tanaman mudah kami dapatkan.
Hingga suatu ketika, manusia menyemprotkan cairan yang membunuh makanan-makanan kami, cairan itupun meracuni kami dan hampir memusnahkan kaum kami.
Dan entah kenapa, tanaman-tanaman dan pohon disekitar kami perlahan-lahan berganti tembok beton dan besi beranekaragam, hingga tiba hal itu terjadi pada pohon yang menjadi sarang kami.
Adikku Bety adalah ratu pengganti yang masih sangat muda, telur-telur yang dihasilkan tidaklah banyak dan berkesinambungan, maka aku mengambil tanggung jawab sebagai pemimpin semut merah.
Tiba kaummu datang, dan hal itu adalah ancaman yang nyata pada sumber makanan kami.
Dengan mimik wajah serius, May menanggapi cerita Octo, "bukankah kita bisa berbagi makanan, saat kaummu berburu, kaumku mencari sumber makanan lain yang tersedia, tak perlu berbagi wilayah tapi hanya berbagi peran."
"Maksudmu, kita hidup berdampingan dengan saling bekerja sama?" Ujar Octo.
"Betul sekali, dengan begitu tiap semut bebas mencari makanan tanpa saling mengganggu dan terganggu," jelas May dengan antusias.
"Sepertinya menarik, kita harus menghilangkan rasa curiga antara semut merah dan hitam," ucap Octo menanggapi.
"Benar sekali, kau dan kaummu akan hidup nyaman, begitupun kaumku," ucap May semakin antusias.