"Cung!! Acung!!!" Teriak Letnan Rusli yang tengah dibopong oleh dua rekannya, mereka terlihat meninggalkan lokasi pertempuran dan menghilang dibalik kepulan asap sisa-sisa letusan amunisi dihari itu.
Pasukan serdadu NICA menghentikan aksinya, hingga seseorang berbadan tinggi dan tegap mengambil tanda pangkat dari kantong baju Acung dan tersenyum, mengira telah melumpuhkan seorang perwira berpangkat Letnan Tentara Nasional Indonesia.
Tapi tak lama, sosok itu terlihat memandang sinis pada Acung yang sudah terbujur kaku, sampai kemudian jasadnya diangkut naik kedalam salah satu truk serdadu tersebut.
Mereka pun melanjutkan konvoi memasuki Desa Rawa Gede.
Karawang, 10 November 2020
Seorang veteran tampak sedang berlutut dengan kedua tangannya memegang sebuah batu nisan, dibawah batu nisan tersebut terlihat topi baja yang sudah berlumut.
"Cung, negara kita sudah beneran merdeka, anak cucumu hidup sejahtera dikasih bantuan sama pemerintah, dikasih uang denda sama ratu Belanda, dan kamu sudah jadi pahlawan sekarang." Ucap Letnan(Purn.) Rusli, yang saat ini sudah berusia lanjut.
"Cung, maafkeun aku cung..maafff," Letnan(Purn.) Rusli tak dapat melanjutkan kata-katanya, kini tenggelam dalam tangis kesedihan yang amat sangat.
Seorang anak perempuan mendekati beliau dengan langkah mungilnya, bersandar tepat pada bahunya dan dengan manja berkata,
"Abah, ini makam siapa?, Abah kenapa nangis" ucap anak kecil tersebut.
Letnan (Purn.) Rusli tidak menjawab, buru-buru beliau menyeka air matanya yang tumpah membasahi pipinya yang sudah keriput dan penuh bekas luka.