" Istriku ulang tahun tiga hari lagi" ucap Acung, sambil mengambil kembali rokok dari dalam kantung bajunya.
"Ah kau, takut istri juga rupanya" jawab Letnan Rusli sambil terkekeh.
"Rus, apa bener negeri kita sudah merdeka seperti pidato Bung Karno di Jakarta?" Tanya Acung dengan nada serius.
Iring iringan konvoi NICA sudah tak jauh dari tempat mereka, nahas seorang serdadu NICA menyadari kehadiran Letnan Rusli dan pasukan kecilnya tengah bersembunyi didepan mereka.
"Cung, bersiap!" Teriak Letnan Rusli, menyadari keberadaan mereka sudah diketahui.
Rentetan desing peluru berhamburan menghujani pasukan kecil Letnan Rusli yang hanya berlindung dibalik pohon, dibalas tembakan senapan dan pistol seadanya.
Pertempuran yang tak seimbang terjadi dengan hebat, namun pasukan Letnan Rusli tak sedikitpun gentar dan melangkah mundur.
"Rus! Kamu mundur saja! Peluru kalian sudah habis!" Teriak Acung yang tengah berlari menerjang hujan peluru pasukan NICA.
"Cung, jangan nekat !!!" Teriak Letnan Rusli, yang menahan lemas karena terkena tembak pada paha dan bahu kirinya.
"Rusliiii, Merdeka atau mati!!!!!" Teriakan Acung terdengar menggema diantara rentetan mortir pasukan NICA.
Hingga peluru terakhir, terdengar meletus dari pistol ditangannya.