Mohon tunggu...
Debu Semesta
Debu Semesta Mohon Tunggu... Penulis - We are dust of universe, aren't we?

Mencari radar. Find me on instagram @debusemesta__

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen "Ingin Mati"

13 Januari 2021   19:41 Diperbarui: 13 Januari 2021   19:49 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jangan ngomong seperti itu lah, kek," jawab Malih sambil menguatkan Kakek Tua.

"Dan jangan lupa kau rawat kuburanku Malih aku sudah tak punya apa dan siapa lagi, rawat juga kampung ini" lanjut Kakek Tua.

Malih semakin bingung sikap Kakek Tua yang selalu membicarakan kematian.

"Aku akan bertemu Tuhan, Malih." Kata si Kakek Tua.

***

Dari perkawinan Sri dan Ahmad mereka mendapatkan buah hati yang tampan. Ahmad selalu memangku anaknya kemanapun ia pergi ke setiap sudut rumah panggung mereka. Sri sedang menyiapkan makanan kepada para tamu dalam acara puput puseur dan marhaba. Anak Ahmad dipotong rambutnya tujuh kali dalam acara itu, rambutnya dimasukan ke dalam wadah yang berisikan air dan bunga mawar. Tradisi itu sudah dilakukan turun temurun sejak dulu.

            14 tahun lamanya Sri, Ahmad, dan anak laki-lakinya  hidup bahagia. Namun, musibah mulai menerkam mereka. Saat sedang bermain di sungai, anak Ahmad kencing di dekat batu besar tanpa meminta izin terlebih dahulu. Lalu ia melompat ke sungai untuk berenang, tanpa disadari, kepala anak Ahmad terjedat oleh batu yang ada di dalam sungai. Kepalanya berdarah, dan anak Ahmad hanyut di sungai.

            Sri dan Ahmad amat cemas karena anaknya belum pulang juga. Saat menjelang magrib, ada tetangganya yang biasa ngecrik (menangkap ikan di sungai dengan menggunakan jaring) mendapati anak Ahmad hanyut di sungai dengan kepala bercucuran darah. Sri dan Ahmad kaget, mereka lansung membawa anaknya kepada Ki Sanga untuk diobati. Setelah diobati, Ki Sanga berpesan kepada anak Ahmad agar ia menjaga sikap kapan pun dan dimana pun.

            "Ujang, lamun kahampangan teh tong dimana wae, bisi aya nu nunguan eta tempatna,"

            Nak, kalo mau pipis jangan di sembarangan tempat, takut tempatnya ada penghuninya. Kata Ki Sanga kepada anak Ahmad.

            Tak hanya itu, Ki Sanga menasehati agar orang kampung menghormati leluhurnya, menjaga alam sekitar, dan jangan lupa untuk beribadah. Agar kita hidup dengan damai dan alam tidak akan marah kepada manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun