Sosrokartono mendapat panggilan dari Prof. Dr. H. Kern untuk mengunjungi Nederlands Tael en Letter Kunde ke 25 di kota Gent, Belgia pada September tahun 1899. Sosrokartono merupakan satu-satunya orang kebangsaan Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk berpidato di depan para sarjanawan dan ahli Bahasa Belanda. Majalah Nederlands melaporkan bahwa Sosrokartono berpidato dengan sangat baik dan memukau. Ia dengan tegas berani meminta untuk diberikannya Pendidikan Bahasa Belanda kepada rakyat Indonesia. Yang dianggap sebagai sumber pengetahuan pertama. Setelah lulus dari Universitas Leiden, Sosrokartono mulai menjadi koresponden untuk surat kabar The New York Herald. Langkah pertama yang membawa Sosrokartono menjadi seorang penerjemah Bahasa di Persekutuan Bangsa Bangsa (Volkenbond). Sosrokartono meninggalkan lingkungan Volkenbond untuk menjadi Student Toehoorder, yaitu mahasiswa pendengar di Universitas Sorborne, jurusan Psychometri dan Psychotechnic. Sosrokartono berhasil mempelajari beberapa ilmu kejiwaan atas saran dari Prof. Dr.Charcos. Inilah studi terakhir yang diikuti Sosrokartono sebelum Kembali ke Indonesia pada tahun 1925.
BENTUK DAN MAKNA FILOSOFIS ILMU DAN LAKU JAWA AJARAN RADEN MAS PANJI SOSROKARTONO
Suatu kebiasaan Masyarakat Jawa, yang biasanya tidak mengungkapkan sesuatu secara gambling 'jelas'. Tetapi, lebih sering menggunakan istilah-istilah yang memiliki sifat semu. Istilah tersebut harus dipahamu  terlebih dahulu untuk mengerti makna yang tersirat dibalik istilah tersebut.
Jenis dan makna yang akan ditelaah dari teks Ilmu dan Laku Jawa  Ajaran Raden Mas Panji Sosrokartono dihubungkan dengan persoalan yang terjadi pada saat ajaran tersebut ditulis. Setiap ajaran yang terdapat dalam teks Ilmu dan Laku Jawa  Ajaran Raden Mas Panji Sosrokartono pasti memiliki sebuah makna. Untuk mengetahui makna filsofis yang terkandung dalam Ilmu dan Laku Jawa Ajaran Raden Mas Panji Sosrokartono secara maksimal, harus disesuaikan dengan persoalan yang terjadi pada saat itu.
Hasil analisis bentuk dan makna filosofis ajaran yang ditemukan dalam teks Ilmu dan Laku Jawa  Ajaran Raden Mas Panji Sosrokartono, akan disajikan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan sebelumnya, sebagai berikut:
- Eling 'ingat'
Pada kategori pertama yaitu eling 'ingat', terdapat 4 ajaran yang ada dalam teks Ilmu dan Laku Jawa  Ajaran Raden Mas Panji Sosrokartono. Ajaran tersebut adalah sebagai berikut:
- memayu ayuning urip, memayu awoning agesang, nyuwita, ngawula, bekti dhateng sesami. (Melindungi kebahagiaan hidup, menutup keburukan sesama hidup, melayani, mengabdi, berbakti kepada sesamanya)
- Tansah anglampahi dados kawulaning sesami, tansah anglampahi dados muriding agesang, sinahu anglaras batos saha raos. (Selalu menjalanai menjadi abdi sesama, selalu menjalani menjadi murid sesama hidup, belajar merenungkan batin dan perasaan)
- Nindhakaken ibadat inggih menika nindakaken kuwajiban bakti lan suwita kula dhateng sesami. (Menjalankan ibadah yaitu menjalankan kewajiban saya untuk berbakti dan melayani terhadap sesama)
- Murid gurune pribadhi, guru muride pribadhi, pamulangane sengsarane sesami, ganjarane ayu lan arume sesami. (Murid gurunya pribadi, guru muridnya pribadi, tempat belajarnya kesengsaraan sesama, pahalanya kebaikan dan keharuman sesama)
- Pracaya 'percaya'
Dalam ajaran Ssorokartono, kategori kedua disebut pracaya, yang dalam Bahasa Indonesia artinya 'percaya'. Terdapat 4 ajaran Ilmu dan Laku Jawa Ajaran Raden Mas Panji Sosrokartono, yaitu sebagai berikut:
- Ngawula dhateng kawulaning Gusti lan memayu ayuning urip, tanpa pamrih, tanpa ajrih, jejeg, mantep, mawi pasrah. (Mengabdi kepada abdinya Tuhan dan melindungi keselamatan hidup, tanpa pamrih, tanpa takut, lurus, mantap dengan pasra)
- Payung kula Gusti kula, tameng kula inggih Gusti kula. (Payung saya Tuhan saya, perisai saya Tuhan saya)
- Masang alif menika inggih kedah mawi sarana lampah. Boten kenging kok lajeng dipuncanthelaken kemawon, lajeng dipuntilar kados mepe rasukan. (Memasang alif harus dengan sarana laku. Tidak boleh dijemur saja lalu ditinggal seperti menjemur pakaian)
- Ajinipun inggih boten sanes namung aji tekad, ilmunipun ilmu pasrah, rapalipun adilipun Gusti. (Ajiannya tidak lain aji tekad, ilmunya ilmu pasrah, manteranya keadilan Tuhan)
- Mituhu 'setia'
Dalam ajaran Ssorokartono, kategori ketiga disebut Mituhu, yang dalam Bahasa Indonesia artinya 'setia'. Terdapat 3 ajaran dalam Ilmu dan Laku Jawa Ajaran Raden Mas Panji Sosrokartono, yaitu sebagai berikut:
- Ingkang tansah kula mantepi agami kula lan kejawen kula. (Yang selalu saya pegang agama dan kejawen saya)
- Elinga, para sedulur sing lali marang ibune. (Ingatlah para saudara yang lupa terhadap ibunya)
- Tiyang mlampah menika sangu lan gembolanipun namung barang setunggal, inggih menika maksudipun. (Orang bepergian itu bekal dan yang dibawa hanya satu barang, yaitu maksudnya)
- Rila 'rela'
Dalam ajaran Sosrokartono, kategori keempat disebut Rila, yang dalam Bahasa Indonesia artinya rela. Terdapat 11 ajaran yang terdapat dalam Ilmu dan Laku Jawa Ajaran Raden Mas Panji Sosrokartono, yaitu sebagai berikut:
- Suwung pamrih, suwung ajrih. (Sepi pamrih, sepi rasa takut)
- Ratu tanpa punggawa, tanpa kawula, tanpa bandha. Isih mukti kere munggeng bale. (Ratu tanpa pasukan, tanpa abdi, tanpa harta. Masih mulia miskin naik ranjang)
- Suwung pamrih, suwung ajrih, namung madosi barang ingkang sae, sedaya kula sumanggakaken dhateng Gusti. (Sepi pamrih, sepi rasa takut, hanya mencari kebaikan, semua saya pasrahkan kepada Tuhan)
- Kuwat niyat, kuwat urat. Dede tekad pamrih, ananging tekad asih. (Kuat niat, kuat urat. Bukan tekad pamrih, ananging tekad belas kasih)
- Sinau urun welas sarana batos lan raos. (Belajar memberi belas kasih dengan sarana batin dan rasa)
- Ilmunipun ilmu sunyi, inggih menika ilmu kantong kosong, tekad sunyi pamrih, tebih ajrih. (Ilmunya ilmu sunyi, yaitu ilmu kantong kosong, tekad sunyi dari pamrih, dan jauh dari rasa takut)
- Ingkang tansah dados ancasipun lampah kula boten sanes namung sunyi pamrih, puji kula boten sanes namung sugih, sugeng, senengipun sesami. Prabot kula boten sanes namung badan lan budi. (Yang menjadi tujuan laku saya tidak lain hanya sunyi pamrih, puji saya tidak lain hanya kekayaan, kebahagiaan dan kesenangan sesama. Perabot saya tidak lain hanya badan dan budi)
- Sinau nyupekaken susah lan sakitipun piyambak, sinau ambelani lan ngraosaken susah lan sakitipun sesami. (Belajar melupakan susah dan sakitnya sendiri, belajar membela dan merasakan susah dan sakitnya sesama)
- Sinau ngudi raos lan batos. Sinau ngudi kamanungsan. (Belajar mengolah rasa dan batin. Belajar mengaolah kemanusiaan)
- Nulung pepadhane ora nganggo mikir wayah, waduk, kanthong. Yen ana isi lumuntur marang sesami. (Menolong sesama tanpa memikirkan waktu, perut, dan saku. Jika saku ada isinya mengalir kepada sesama)
- Susah padha susah, seneng padha seneng, eling padha eling, pring padha pring. (Susah sama susah, senang sama senang, ingat sama ingat, bambu sama bambu)
- Narima 'menerima'
Dalam ajaran Sosrokartono, kategori kelima disebut Narima, yang dalam Bahasa Indonesia artinya menerima. Terdapat 6 ajaran yang terdapat dalam Ilmu dan Laku Jawa Ajaran Raden Mas Panji Sosrokartono, yaitu sebagai berikut:
- Sugih tanpa bandha, nglurug tanpa bala, digdaya tanpa aji, menang tanpa ngasorake. (Kaya tanpa harta, menyerang tanpa pasukan, kuat tanpa ajian, menang tanpa merendahkan)
- Yen kersa nyangoni sampun nyangoni uwas, nanging nyangoni mantep lan pasrah. (Jika mau memberi bekal jangan memberi bekal beras, tetapi membekali kemantapan dan pasrah)
- Kita kedah sinau maca mawi kaca, sinau maos mawi rasa. (Kita harus belajar membaca dengan kaca, belajar membaca dengan rasa)
- Ngraosaken sakitipun lan awratipun agesangipun sesami. (Merasakan sakit dan beratnya kehidupan sesama)
- Trimah mawi pasrah, suwung pamrih tebih ajrih, langgeng tan ana susah tan ana seneng, anteng mantheng sugeng jeneng. (Menerima dengan pasrah, sepi pamrih, jauh dari rasa takut, abadi tiada duka tiada suka, tenang, konsentrasi, selamat, bahagia)
- Anggagas, amandeng, lan mantheng susahipun sesami. (Memikirkan, melihat dan memusatkan susahnya sesama)
- Temen 'serius'/menepati janji
Dalam ajaran Sosrokartono, kategori keenam disebut Temena, yang dalam Bahasa Indonesia artinya serius. Terdapat 9 ajaran yang terdapat dalam Ilmu dan Laku Jawa Ajaran Raden Mas Panji Sosrokartono, yaitu sebagai berikut:
- Jawi bares, Jawi deles, lan Jawi sejati. (Jawa jujur, Jawa asli, dan Jawa sejati)
- Pring padha pring, weruh padha weruh, eling padha eling, eling tanpa nyandhing. (Bambu sama bambu, tahu sama tahu, ingat sama ingat, ingat tanpa berdampingan)
- Prabotipun wong lanang inggih menika, bares, mantep, lan wani. (Perabotnya orang laki-laki adalah jujur, mantap dan berani)
- Tiyang madosi panggesangan menika kedah wani obah uwal saking buminipun. Yen boten wani, badhe kepepet, badhe kalindhes. (Orang mencari kehidupan itu harus berani bergerak keluar dari buminya. Jika tidak bakal kepepet dan tertindas)
- Ingkang kula eman ratu lan rakyat. (Yang saya sayangi ratu dan rakyat)
- Mbelani ingkang sami sakit, sami susah, lan ngraosaken sakitipun agesang, ngraosaken tanpa karasa. (Membela yang sakit, yang susah, dan merasakan sakitnya sesama hidup, merasakan tanpa terasa)
- Memayu ayuning negari lan rakyat. (Melindungi keselamatan negara dan rakyat)
- Memayu ayuning praja. (Melindungi keselamatan pemerintahan)
- Anggelar pemandeng tegesipun angringkes pemantheng. Ambuka netra tegesipun anutup netra. Angukup kabeh tegesipun anyandhak siji. (Meluaskan pandangan artinya meringkas pemusatan. Membuka mata artinya menutup mata. Mencakup semua artinya menangkap (mendapatkan) satu)
- Budi Luhur
Dalam ajaran Sosrokartono, kategori keenam disebut Budi Luhur. Terdapat 15 ajaran yang terdapat dalam Ilmu dan Laku Jawa Ajaran Raden Mas Panji Sosrokartono, yaitu sebagai berikut:
- Angluhuraken asma Jawi lan bangsa Jawi. (Mengharumkan nama Jawa bangsa Jawa)
- Tiyang gesang menika boten kenging ngina pusaka wasiyatipun piyambak. (Orang hidup tidak boleh menghina pusaka peninggalannya sendiri)
- Nyebar wiji sedherekan lan wiji utamining kejawen ing manca negari. (Menyebar benih persaudaraan dan benih utamanya kejawen di luar negeri)
- Angudi kaluhuran budi Jawi. (Belajar keluhuran budi Jawa)
- Tilaripun pangkat, menangipun budi. (Hilangnya pangkat, menangnya budi)
- Ngupadosi padhang ing peteng, seneng ing sengsara, tunggaling sewu yuta. (Mencari terang di kegelapan, senang dalam kesengsaraan, ribuan juta contohnya)
- Anggelar papan panggesangan lan budi Jawi. (Menyediakan tempat kehidupan dan budi Jawa)
- Risakipun bandha lan badan saking main judhi. (Rusaknya harta dan badan karena bermain judi)
- Dede bandha dede pangkat ingkang dados ancas ulun, martabat lan budi ingkang ulun sujudi. (Bukan harta bukan pangkat yang menjadi tujuan saya, martabat dan budi yang saya sujudi)
- Nulung tiyang kula tindakaken ing pundi-pundi, samangsa-mangsa, sawanciwanci. (Menolong seseorang saya jalankan dimana-mana, setiap saat, setiap waktu)
- Bangsa intelek kita piyambak ingkang dipunsinau : 1) dadi dara, 2) dadi walanda, 3) niru-niru, 4) bucal dhasar lugu. (Bangsa intelektual kita sendiri yang dipelajari : 1) menjadi burung dara, 2) menjadi Belanda, 3) suka menganut, 4) membuang keluguan)
- Boten kenging tiyang jaler ngunduri utawi nyingkiri bebaya utami, saha cidra dhateng pengajeng-ajeng, lan kapercadosanipun sesami. (Tidak boleh seorang laki-laki mengelak atau menjauhi bahaya utama dan mengkhianati cita-cita, serta kepercayaannya sendiri)
- Anglurug tanpa bala tanpa gaman, ambedah tanpa perang tanpa pedhang, menang tanpa mejahi tanpa nyakiti, yen unggul sujud bakti marang sesami. (Menyerang tanpa pasukan, tanpa senjata, tanpa perang, tanpa pedang, menang tanpa membunuh tanpa menyakiti, jika menang sujud dan berbakti kepada sesama)
- Anyebar wineh budi Jawi, nggampilaken margining bangsa, ngupaya papan panggesangan. (Menyebar benih budi Jawa, memudahkan jalan bangsa mencari tempat hidup (nafkah))
- Durung menang yen durung wani kalah, durung unggul yen durung wani asor, durung gedhe yen durung ngaku cilik. (Belum menang jika belum berani kalah, belum unggul jika belum berani merendah, belum besar jika belum mengaku kecil)