Peristiwa ini terjadi pada hari minggu  tanggal 10 september lalu. Saat itu saya sedang MAGER alias malas gerak dan memilih untuk nonton DVD dirumah. Sekira jam 10 ada SMS masuk di HP saya dari no 082380388025. Begini bunyinya:
Saya (nama atasan saya) kepala (nama kantor saya) telah mendapatkan undangan acara Seminar Nasional dari (nama kantor pusat) yang akan dilaksanakan pada tanggal 22-23 september. Semua dana transportasi dan akomodasi ditanggung kantor pusat. Kepada Yth. saudara Nurjannah (ini nama saya) saudara ditunjuk untuk mengikuti kegiatan tersebut. Saya sudah mendaftarkan saudara dengan nomor registrasi peserta (9992547). Untuk keterangan lebih lanjut harap hubungi sekarang ketua panitia Bpk. Prof. Dr. Phil Nur Kholis Setiawan, MA di no HP beliau 085280919343.
 Saya membaca pesan tersebut, kemudian sempat mengabaikannya. Sebagai info, atasan saya ini adalah kepala baru dan saya belum memiliki nomor kontak pribadinya. Perasaan saya agak campur aduk saat itu, ada rasa kesal karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya ada juga perasaan tidak enak jika harus menolak kepercayaan (karena untuk bisa mewakili kantor diacara nasional persaingannya cukup ketat diantara para karyawan) ada juga perasaan senang karena bisa leha-leha di hotel  tanpa harus bayar dapat angpao luar kota  lagi (ini otak setan saya... maafkan yaa.. hehehe).
Tapi terus terang perasaan tidak enak sama atasan baru ini lebih mendominasi. Sayapun membalas SMS ke nomor 082380388025 yang saat itu saya percaya sebagai nomor HP atasan saya.
Isi pesan saya:
Mohon maaf sebelumnya Pak, apa bisa diinfokan tema kegiatannya dan saya akan ikut serta dalam kapasitas apa atau mewakili apa?. Thks
Tak berselang lama dijawab:
Dihubungi aja sekarang bapak nur kholis untuk pengambilan dana transportasi seminarnya karena hari ini terakhir penyalurannya. Tadi saya sudah hubungi beliau dan sudah terima dananya melalui nomor peserta karena saya juga diundang.
Hmmm, saya lagi males berdebat, yo wess lah... Urusan lain nanti aja, saya pun menghubungi "Pak Nur Kholis".
Begini dialog saya dan si "Pak Nur Kholis". (PN: Penipu...) (saya ingat percakapan ini karena terjadi normal saja)
PN: Halo, waduh ibu sudah saya tunggu dari tadi kok nggak menghubungi saya. Saya buru-buru ini bu (ternyata ini adalah kata kuncinya, kalimat buru-buru ini menerbitkan nilai social saya bahwa saya telah merepotkan orang ini)
Saya: Wah, maaf ya pak. Punten, apa ga ada email atau alamat web yang bisa saya hubungi, karena biasanya saya selalu di email jika ada kegiatan apa gitu(sebenarnya dari awal saya sudah menyadari ada sesuatu yang salah)
PN: Oh, itu nanti aja, sekarang saya harus mencairkan dana kegiatan ibu dulu, karena hari ini terakhir. Cuma ibu sendiri aja yang belum (ini tekanan kedua bahwa saya merepotkan dia). Sekarang saya cocokkan dulu data ibu yaa.(diapun menyebutkan panjang lebar data pegawai saya dengan sangat detail, kecocokan data ini yang menjadi kunci saya merasa yakin ini benar).
Saya rasa saat ini dia sudah mendapatkan kepercayaan saya. Si Penipu sengaja mengulang kembali membacakan data pribadi saya agar saya makin percaya.
Sy: Oh iya pak, confirmed...
PN: Sekarang ibu tolong dengarkan saya dulu (dia mengunci saya agar tidak memotong pembicaraan agar semakin bisa meyakinkan saya), saya akan menjelaskan tata cara pengambilan dana kegiatan ini. Ibu  belum tahu kan caranya?
Sy: Ok
PN: Tolong ibu sebutkan nomor registrasi pesertanya
Sy: Â 9992547
PN: Tolong ulangi sekali lagi
Sy: 9992547 (Kali ini dia sama-sama menyebutkan angka tersebut berbarengan dengan saya)
(ternyata pengulangan ini dilakukan untuk memastikan saya tidak lagi curiga atau ragu dan telah berada dalam penguasaannya)
PN: Baiklah, dana yang akan diterima ibu adalah sebesar 9 juta rupiah. Kegiatan seminar akan dilakukan di Hotel Arya Duta Jakarta Pusat. Untuk informasi tema kegiatan sudah dikirim beserta undangan yang sudah diterima oleh atasan ibu. Ibu bisa melihatnya besok dikantor.
Sy: Ok
PN: Sekarang penyaluran dana ini terakhir adalah hari ini. Dana kegiatan akan dikirimkan ke rekening pribadi masing-masing. Â Apa ibu punya ATM BRI, Mandiri, BCA atau BNI?
Sy: Punya
PN: atas nama ibu sendiri?
Sy: Iya
PN: ATM apa yang paling dekat dari tempat ibu sekarang?
Sy: BRI (sebenarnya ATM terdekat adalah  Mandiri, tapi karena ini urusan kantor saya lebih memilih BRI karena gaji saya diterima di BRI)
PN: Ibu belum tahukan cara terima dana dengan nomor registrasi?
Sy: Belum.
PN: Baiklah, ibu sekarang ke ATM BRI terdekat, nanti setelah sampai di dalam ATM tolong telpon saya lagi, nanti akan saya pandu caranya. O iya, tolong nomor registrasinya jangan dikasih tau siapa-siapa ya bu. Siapapun termasuk teman-teman kantor.
Sy: harus sekarang ya?
PN: Iya bu, saya buru-buru nih dan ini Cuma ibu saja yang belum.
Sy: Maaf, apa bisa saya lewat ATM Mandiri saja, lebih dekat (saya lagi males keluar jadi sempat meminta opsi ini)
PN: Jangan Bu, coba dulu ATM BRI nya, kalo ga bisa nanti baru tukar Mandiri.
Sempat pamit sama orang rumah kalo saya harus cari ATM. Â Singkat cerita saya pergi ke Bank BRI. ATM berada didalam kantor Bank. Disana ada 2 orang satpam yang jaga. Sampai di ATM saya telp si Penipu, tapi nomornya sibuk. Saya sempat iseng mencoba ATM dan mencari cara bagaimana menggunakan no register, tapi tidak menemukan opsi dilayar ATM. Saya menelpon berulang kali dengansedikit sebel (karena saya harus keluar rumah siang-siang begini padahal saya sedang Mager). Karena menggunakan loud speaker, tingkah kesal saya sepertinya menarik perhatian satpam. Si satpam pun berdiri dari mejanya dan mendekat ke ATM. Semenit kemudian si Penipu menelpon saya. Saya menerimanya dalam mode loud speaker. Jadi pak satpam yang berada didepan ATM bisa mendengarkan.
 PN: Baiklah ibu masukkan kartu ATM ibu dan masukkan PINnya. (saya melakukannya). Sekarang ibu pilih English (disini modusnya, kebanyakan kita tidak familiar dengan istilah perbankan berbahasa Inggris yang muncul di layar mesin ATM). Coba ibu pilihBALANCE, berapa angka yang muncul bu?(ternyata angka yang muncul itu adalah jumlah saldo kita).
Beruntungnya saya (Alhamdulillah... ) saldo ATM BRI saya tinggal Rp.101.880. saya pun menyebut angka ini.
PN: wah, ga sampai 200 ribu ya bu. (si penipu kayaknya kecewa... salah orang... hehehe)
Tiba-tiba pak Satpam menepuk pundak saya.
Satpam: maaf bu, ini penipuan ya, itu siapa yang menelpon ibu?
Sy: ga pak, ini dari kantor saya (saya agak sedikit bingung habis ditepok sama pak satpam)
Satpam: baik bu, saya tungguin yaa (pak satpam nya berdiri disamping saya)
Lalu si Penipu kembali bersuara.
PN: halo bu, apa punya ATM lain?
Sy: Ada, Mandiri.
PN: Ayo bu, coba pakai Mandiri saja.
Sy: OK.. (disini saya mulai berasa aneh), tapi ini saya pake mesin ATM BRI lho.. (kata saya ke si Penipu).
PN: ga papa bu. Coba masukkan PIN nya.
Saya memasukkan PIN, lagi-lagi pak satpam mencoba mengajak saya bicara.
Satpam: Bu, itu telp dari siapa?
Sepertinya si penipu dengar omongan pak satpam.
PN: Siapa itu bu, ada orang ya di dalam ATM nya?
Sy: ada, satpam.
Satpam: udah bu matikan HP nya.
Saya pun mematikan HP dan menarik ATM saya kembali.
Satpam: Ini penipuan bu, kalau dipandu lewat HP pasti penipuan. Si penipu pasti mintanya ibu memilih transaksi dengan bahasa Inggris untuk membuat ibu ragu. Minggu lalu juga ada yangbegitu bu.
Sy: tapi dia tahu data pribadi saya lho pak... makanya saya percaya (perasaan saya campur aduk. Saya merasa sebel, marah, kesel... uuuhhhhhhh, saya kena tipu...).
Alhamdulillah, Tuhan masih melindungi saya. Mungkin jika saya memilih ATM di pom bensin atau Mall, dana saya akan tersedot karena ditempat-tempat itu ATM kebanyakan tidak diawasi petugas.
Saya sengaja membagi cerita ini, agar teman-teman dan sodara-sodara sekalian lebih waspada dan menjaga diri. Â Meskipun saya penasaran, dari mana si penipu dapat data pribadi saya dengan detail seperti itu. Â Wallahualam..
Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H