"Ck! Ada urusan apa lo kemari?"
"Daripada mancing, kagak dapet apa-apa mending ikut gua aja, gimana?"
Uyo menaikan alisnya sebelah. "Ke mana?"
"Ke hutan Jiban."
Uyo sedikit berpikir. "Hutan Jiban sebelah desa?"
Asep mengangguk semangat.
Wajah Uyo berubah terkejut. "Nggak ah, ngapain? Itu kan hutan angker." Setiap wilayah pasti menyimpan misteri. Apalagi warga kampung yang masih mempercayai mitos dan tradisi. Hutan Jiban terkenal angker. Tidak sedikit masyarakat yang masih percaya bahwa hutan itu merupakan gerbang menuju dimensi lain, tepatnya dunia jin. Ada pula yang bilang, banyak orang yang bermalam di sana, hanya untuk mendapat ilmu hitam sakti atau pun pesugihan. Tidak ada yang tahu tetang kebenarannya. Sejak dulu memang tak ada warga yang berani masuk ke sana.
Asep berdecak lagi. Tanpa aba-aba dia membisikan sesuatu pada Uyo.
Uyo awalnya ogah-ogahan, ia pikir Asep hanya ingin bicara omong kosong. Tetapi setelah Asep selesai membisikan rencananya, ia berubah pikiran. Matanya pun berbinar seperti menang judi.
"Gimana, mau gak? Rugi kalau lo kagak ikut." Asep berusaha meyakinkan Uyo. Uyo yang langsung terbayang berendam emas berlian pun tak ragu mengiyakan ajakan Asep.
***
Jam setengah lima sore Uyo sudah mandi. Ia menyisir rambutnya setengah basah sambil berkaca. Ia cengegesan sediri ketika mengingat perkataan Asep minggu lalu. Asep bilang, mertuanya itu punya informasi berharga tentang letak harta karun. Tak ada warga desa yang meragukan kemampuan Ki Geni. Jadi, tanpa pikir panjang, Uyo mau bergabung dengan misi ini.