(artikel ini dibuat untuk  memenuhi tugas kelompok,yang disusun  oleh imelda indriyani, liya novita,anis fauziah,qakkur iman, untuk memenuhi tugas tugas UTS mata kuliah "praktikum konseling kognitif perilaku" yang diampu oleh Bapak Dosen Dr. BAKHRUDIN ALL HABSY, M.Pd)c
A. PENGERTIAN KONSELING DESENSITISASI
Menurut Sutja (2016:195) merupakan suatu teknik konseling untuk melatih klien agar tidak terlalu sensitif terhadap kondisi emosi diri maupun kondisi sosial tertentu, dan dikatakan sistematis bahwa latihan ini diberikan secara bertahap dan mendapatkan petunjuk setelah klien memperoleh konseling. Teknik konseling desensitisasi sistematis didasarkan pada prinsip dasar bahwa kecemasan dan ketakutan dapat dikurangi melalui pengalaman bertahap dan terkontrol terhadap stimulus yang menimbulkan kecemasan tersebut. Dalam konteks ini, stimulus yang menimbulkan ketakutan disebut sebagai stimulus yang takut atau objek takut. Prinsip utama dari desensitisasi sistematis adalah bahwa individu secara bertahap terpapar pada stimulus takut, dimulai dari yang paling tidak menakutkan hingga yang paling menakutkan, dengan tujuan untuk mengurangi respons kecemasan yang berlebihan.
- Tujuan Teknik Desensitisasi Sistematis
Tujuan dari teknik desensitisasi sistematis adalah untuk peningkatan relaksasi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan berat, seperti stres, frustasi, kecemasan atau kekecewaan mendalam. Beberapa tujuan secara spesifik dari teknik ini antara lain:
Mengurangi kecemasan yang berlebihan: Teknik desensitisasi sistematis bertujuan untuk mengurangi respons kecemasan yang berlebihan terhadap stimulus yang menimbulkan ketakutan. Dengan mengalami paparan bertahap pada stimulus tersebut, individu dapat mempelajari bahwa respons kecemasan yang mereka alami tidak selalu sesuai dengan tingkat ancaman yang sebenarnya.
Mengatasi fobia dan ketakutan yang membatasi: Tujuan teknik desensitisasi sistematis adalah membantu individu mengatasi fobia dan ketakutan yang membatasi kehidupan mereka. Melalui pengalaman bertahap dan terkontrol, individu dapat memperluas batasan mereka dan menghadapi situasi atau objek yang sebelumnya menimbulkan ketakutan.
Meningkatkan koping dan kualitas hidup: Dengan mengatasi ketakutan dan fobia, individu dapat mengembangkan keterampilan koping yang lebih efektif dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Mereka dapat merasa lebih percaya diri, lebih mandiri, dan lebih mampu menghadapi tantangan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri: Melalui proses desensitisasi sistematis, individu dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang sumber-sumber ketakutan mereka, faktor-faktor yang memengaruhinya, dan bagaimana mereka meresponsnya. Hal ini dapat membantu individu dalam proses introspeksi dan pertumbuhan pribadi.
Mencegah kekambuhan: Teknik desensitisasi sistematis dapat membantu individu untuk mengatasi ketakutan dan fobia secara berkelanjutan, sehingga mencegah kemungkinan kekambuhan di masa depan. Dengan memperoleh keterampilan dan strategi yang diperlukan, individu dapat menghadapi stimulus yang menimbulkan ketakutan dengan lebih baik dan mengelola respons kecemasan  yang muncul.
- Kelebihan dan kelemahan Teknik desensitisasi
Kelebihan
Mengurangi Kecemasan: Teknik ini efektif dalam mengurangi maladaptasi kecemasan, seperti phobia atau kecemasan berlebihan, dengan memaparkan individu secara bertahap kepada situasi yang menimbulkan kecemasan.
Mendorong Perilaku Positif: Teknik ini dapat membantu individu menggantikan perilaku negatif dengan perilaku positif, memberikan mereka keterampilan untuk mengatasi situasi yang menakutkan.
Dapat Dilakukan Secara Mandiri: Individu dapat menerapkan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari tanpa bimbingan konselor, sehingga meningkatkan kemandirian dalam mengatasi kecemasan.
Pendekatan Bertahap: Dengan pendekatan bertahap, individu dapat merasa lebih nyaman dan aman saat menghadapi kecemasan, karena prosesnya dilakukan secara perlahan.
Kekurangan
Kesulitan dalam Relaksasi: Terkadang, individu mengalami kesulitan dalam tahap relaksasi, yang dapat menghambat efektivitas teknik ini.
Komunikasi Antara Konselor dan Klien: Terjadi kemungkinan kesulitan dalam komunikasi antara konselor dan klien, yang dapat menghalangi pemahaman dan pelaksanaan Teknik.
Relevansi Hirarki Kecemasan: Jika hirarki situasi yang disusun tidak relevan atau kurang tepat, individu mungkin kesulitan membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan, sehingga mengurangi efektivitas terapi
Waktu yang Diperlukan: Proses desensitisasi sistematis biasanya memerlukan waktu yang cukup lama (rata-rata 6-8 sesi) untuk mencapai hasil yang diinginkan, yang bisa menjadi kendala bagi beberapa individu
- Langkah-Langkah Penerapan Teknik Desensitisasi Sistematis
Langkah-langkah penerapan Teknik Desensitisasi Sistematis meliputi:
Identifikasi stimulus takut. Identifikasi stimulus yang menimbulkan ketakutan atau fobia pada klien. Stimulus ini dapat berupa objek, situasi, atau kejadian tertentu yang secara konsisten menimbulkan respons kecemasan yang berlebihan.
Pembentukan hierarki kecemasan. Bersama dengan klien, buatlah daftar stimulus takut dalam urutan tingkat kecemasan. Mulailah dari stimulus yang paling tidak menakutkan hingga yang paling menakutkan. Hierarki ini akan digunakan sebagai panduan untuk proses desensitisasi.
Teknik relaksasi. Ajarkan klien teknik relaksasi yang efektif, seperti teknik pernapasan dalam, relaksasi otot progresif, atau meditasi. Klien harus mampu mengendalikan kecemasan dan ketegangan fisik saat mereka terpapar pada stimulus takut.
Eksposur bertahap. Mulai dengan stimulus yang paling tidak menakutkan dalam hierarki kecemasan. Ajak klien untuk membayangkan atau menghadapi stimulus tersebut dalam imajinasi. Selama proses ini, klien harus menggunakan teknik relaksasi yang telah dipelajari untuk mengelola kecemasan yang muncul.
Pendesensitisasi. Konselor dan klien bekerja sama untuk mengulang paparan terkontrol terhadap stimulus takut yang ada dalam hierarki kecemasan. Klien perlahan-lahan terpapar pada stimulus yang semakin menakutkan, sambil terus menerapkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
Repetisi dan perluasan. Ulangi proses desensitisasi untuk setiap tingkatan stimulus dalam hierarki kecemasan. Setiap kali klien merasa nyaman dan respons kecemasan menurun, mereka dapat maju ke tingkatan stimulus yang lebih menakutkan. Teruslah melibatkan klien dalam paparan bertahap hingga mereka merasa lebih tenang dan terbiasa dengan stimulus yang semula menakutkan.
Transfer pembelajaran. Bantu klien untuk mengaplikasikan pembelajaran dan keterampilan yang diperoleh dalam desensitisasi sistematis ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dorong mereka untuk menghadapi situasi yang melibatkan stimulus takut dengan lebih percaya diri dan efektif.
E. langkah-langkah praktikum strategi sistematik desensitisasi:
1. Identification Fobia atau Ketakutan  Konselor atau terapis bersama klien mengidentifikasi stimulus atau situasi yang menyebabkan ketakutan. Misalnya, ketakutan terhadap ketinggian, ular, atau berbicara di depan umum.
2.Pembentukan Hirarki Kecemasan  Terapis bersama klien membuat daftar situasi yang berkaitan dengan ketakutan dari yang paling ringan hingga yang paling menakutkan. Setiap situasi diurutkan berdasarkan tingkat kecemasan yang ditimbulkan, misalnya dari 1 (paling sedikit kecemasan) hingga 10 (kecemasan tertinggi).
 Contoh:
- Â Â - Tingkat 1: Melihat gambar ular.
- Â Â - Tingkat 2: Menonton video ular.
- Â Â - Tingkat 3: Melihat ular dari kejauhan.
- Â Â - Tingkat 4: Mendekati kandang ular.
- Â Â - Tingkat 5: Menyentuh ular
3. Pelatihan Relaksasi     Â
Klien diajarkan teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam, meditasi, atau relaksasi otot progresif. Teknik ini digunakan untuk membantu klien tetap tenang saat terpapar pada situasi yang menimbulkan kecemasan.
4.Paparan Bertahap  Â
Klien secara bertahap terpapar pada situasi yang menimbulkan kecemasan, dimulai dari yang paling ringan. Setiap kali kecemasan muncul, klien diinstruksikan untuk menggunakan teknik relaksasi yang telah dipelajari. Terapis memastikan bahwa klien tidak melanjutkan ke situasi berikutnya dalam hirarki sebelum berhasil meredakan kecemasan dalam situasi saat ini.
Contoh:
- Â Â - Klien mulai dengan melihat gambar ular sambil berlatih teknik relaksasi hingga kecemasan berkurang.
- Â Â - Ketika klien merasa nyaman dengan gambar, ia melanjutkan ke video ular, dan seterusnya.
5. Â Peningkatan Bertahap
Klien terus bergerak ke tingkat kecemasan yang lebih tinggi dalam hirarki sampai berhasil menghadapi situasi yang paling menakutkan dengan kecemasan yang terkendali.
6. Penyelesaian dan Evaluasi
  Setelah klien berhasil menghadapi situasi yang paling menakutkan, terapis mengevaluasi proses dan kemajuan yang telah dicapai. Jika kecemasan berkurang secara signifikan, maka terapi dianggap berhasil.
Contoh Praktikum:
Jika seseorang memiliki ketakutan berbicara di depan umum, mereka mungkin mulai dengan membayangkan berbicara di depan orang lain, kemudian melanjutkan dengan latihan berbicara di depan satu atau dua orang, dan akhirnya di hadapan kelompok yang lebih besar.Sistematik desensitisasi efektif untuk berbagai jenis fobia dan kecemasan karena melibatkan pendekatan bertahap dan memberikan keterampilan untuk mengatasi kecemasan dengan cara yang aman dan terkendali. Manfaat Terapi Desensitisasi Terapi desensitisasi adalah jenis psikoterapi yang mampu membantu berbagai kondisi gangguan mental.
F. Berikut ini adalah sejumlah manfaat menempuh terapi desensitisasi.Â
1. Mengatasi Fobia dan Fobia Spesifik
Apapun jenis fobia yang dialami oleh seseorang, baik itu fobia sederhana maupun fobia spesifik, terapi desensitisasi dikenal efektif menjadi penolong bagi penderita.Baik itu ketakutan terhadap benda, aktivitas, tempat, atau situasi tertentu, terapi desensitisasi akan mengurangi gejala yang pasien derita.
2. Mengatasi Kecemasan Sosial
Kecemasan sosial adalah ketika seseorang takut untuk memulai pembicaraan dengan orang lain.Tak hanya itu, kecemasan sosial juga bisa tentang bagaimana seseorang takut mengeluarkan jawaban yang salah saat belajar di sekolah .Seseorang yang takut bertanya arah jalan kepada orang lain atau bertanya toilet ada di mana saat berada di tempat umum pun merupakan bentuk kecemasan sosial.Kecemasan sosial kerap ditandai dengan detak jantung berdebar kencang saat harus berhadapan dengan orang lain (terutama orang asing).
3.Mengatasi Gangguan Obsesif Kompulsif
Gangguan obsesif kompulsif juga merupakan gangguan mental di mana sang penderita melakukan tindakan tertentu berulang kali agar merasa lega .Jika tidak melakukannya berkali-kali, maka penderita akan merasa takut atau cemas secara berlebihan .Satu contoh kasus gangguan obsesif kompulsif adalah membersihkan rumah setiap saat, merapikan barang berkali-kali walaupun barang tersebut sudah berada di tempat yang tepat dan sudah tergolong rapi, atau mencuci tangan berulang-ulang karena takut terkena penyakit tertentu.
4. Meningkatkan Performa saat di Bawah Tekanan
Teknik terapi desensitisasi juga dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan mental, kepercayaan diri, dan performa maupun reaksi saat berada di bawah tekanan.Stres seringkali tak terkelola dengan baik yang pada akhirnya menjadikan stres tersebut berkepanjangan, semakin berat dan berujung pada kecemasan dan depresi .
Oleh sebab itu, terapi desensitisasi sangat penting, terutama penerapannya dilakukan pada latihan militer dan psikologi olahraga .Diharapkan para tentara dan atlet mampu memiliki kondisi mental yang baik sekaligus daya konsentrasi maksimal melalui teknik pernafasan yang dikombinasi dengan teknik relaksasi otot.
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK TAHUN PELAJARAN 2022/ 2023
 Kelas/ Semester Semester : X/1 Alokasi Alokasi
Waktu : 2 x Pertemuan Pertemuan (2x45 menit)
Topik/ Materi : Mengatasi Kecemasan Belajar Siswa
Nama Konseli Konseli : NP,CH,NL,FL (Contoh)
Bidang Layanan Layanan : Pribadi Pribadi
Fungsi Layanan Layanan : Pengentasan Pengentasan
Strategi Layanan Layanan : Konseling Konseling kelompok
Aspek Perkembangan/ Perkembangan/ SKKPD : Kematangan Emosi
Model dan Moda : Pendekatan Pendekatan Behavioral Behavioral dengan Teknik Desensitisasi sistemati  (systematic desensitization)
Media dan Alat : LKPD, Ballpoint, Ballpoint, Buku catatan catatan
Profil Pelajar Pancasila Pancasila : Mandiri Mandiri dan Bernalar kritis
Langkah Kegiatan
Pertemuan 1 (2 X 45 menit)
- Tahap pembentukan
 Konselor menyapa klien dengan ramah dilanjutkan dengan berdoa .Konseli membuat kontrak perjanjian terkait waktu, tugas, azas, dan kontrak kerjasama.
2. Peralihan
Guru memantau kesiapan konseli dalam mengikuti layanan mengikuti layanan konseling kelompok.Guru mengadakan ice Breaking untuk memoti untuk memotivasi agar anak lebih semangat.Konseli membuat komitmen untuk menjaga rahasia kelompok.Konseli berkomitmen untuk terbuka, jujur dan saling membantu.
3. Tahap Kegiatan inti ( menggunakan langkah-langkah konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi sistematis) menurut Cormier & Cormier.
- Rasional (Konselor meminta setiap konseli untuk menceritakan permasalahan yang permasalahan yang sedang dialami sedang dialami).
- Identifikasi Situasi Yang Menimbulkan Emosi(Konseli diminta untuk mengemukakan masalah-masalah berkaitan dengan kecemasan belajar)
- Identifikasi Konstruksi Hirarki (Konselor menjelaskan tentang langkah-langkah dalam terapi desensitisasi sistematis).
- Pemilihan Dan Latihan Counterconditioning Atau Respon Penanggulangan (Konselor memilih counterconditioning atau respon penanggulangan yang sesuai untuk nanggulangan yang sesuai untuk menanggulangi masalah kecemasan.)
- Penilaian Imajinasi(Konselor menjelaskan penggunaan imajinasi dalam teknik desensitisasi sistematis)
- Penyajian Adegan Hirarki (Konseli diberikan latihan dalam Konseli diberikan latihan dalam countercondit counterconditioning atau respon ioning atau respon penanggulanga penanggulangan).
- Tindak lanjut (Konselor menginstruksikan konseli untuk mencatat pekerjaan rumah didalam buku catatan)
4. Tahap akhir
- Evaluasion Teminations (Konselor memberikan penguatan berupa dukungan dan semangat kepada kemajuan yang epada kemajuan yang dicapai konseli)
- Feedback (Konseli megungkapkan manfaat yang diperoleh)
5. Penilaian/Assesmen
1.Penilaian Proses   Â
Menilai Keaktifan, keterbukaan,kenyamaanan konseli, kesesuaian waktu dengan instrument checklist
2.Penilaian Hasil
- Memberikan pertanyaan seputar materi untuk mengukur mengukur pemahaman peserta didik (Understanding)
- Memberikan pernyataan tentang sikap/perasaan positif dengan checklist checklist (Comfortable
- Melihat hasil tugas LKPD individu dan pertanyaan (Action
3. Tindak Lanjut Monitoring perubahan tingkah laku dan hasil belajar peserta didik untuk melihat ada tidak perubahan pada permasalah kecemasan belajar yang dialami
DAFTAR PUSTAKA
https://educhannel.id/artikel/Bimbingan-dan-Konseling/teknik-konseling-desensitisasi-sistematis.html
https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/AN-NUR/article/viewFile/10397/6084
Contoh RPL Desensitisasi Sistematis | PDF
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H