Miranti tersenyum. “Iya, Ma. Jadi nggak keberatan kan?”
Mama menggeleng geli. “Asal ingat batasan. Eh, tapi ngomong-ngomong, buruan anterin sana! Bisa-bisa Salman udah keburu keluar cari makan.”
“Kan bisa sia-sia kamu masak, Mir! Udah capek-capek nggak dimakan kan nggak seru. ” lanjut Mama dengan senyum menggoda.
Miranti manyun seketika. “Mama omongannya, ah!”
***
Salman, lelaki muda yang baru beberapa bulan mengontrak di sebelah rumah Miranti. Rumah yang dikontrak Salman sebenarnya masih rumah milik keluarga Miranti juga. Selama ini ditempati kakaknya, tetapi karena kakaknya ditugaskan keluar kota jadi tak ada salahnya rumah dikontrakkan pada orang lain.
Sejak awal perkenalan, Miranti sudah tertarik pada Salman. Halus tutur bahasa serta sikap yang santun juga paras yang rupawan menumbuhkan perasaan lain di hati Miranti. Namun, sebagai wanita dan juga karena mereka belum lama mengenal tentu saja Miranti harus berhati-hati. Ia tak bisa langsung terbuka soal perasaannya.
Harus ada caranya.
Dan Miranti memilih untuk mulai menarik perhatian Salman melalui makanan. Mumpung sekarang bulan puasa. Tak ada salahnya kan jika ia sering mengirimkan takjil berbuka kepada Salman.
Yah, namanya usaha.
***