Aira cemberut. Rifat kembali tertawa. Tawanya menular ke teman- temannya. Membuat wajah Aira makin berlipat. Nggak Reyhan, nggak teman- temannya.
Sama – sama nyebelin!
***
“Loh katanya sakit, kok…,” Mendadak Aira merasa amarahnya memuncak. Tadi diculik sekarang ditipu. Ck, mereka ini benar- benar keterlaluan. Alih- alih mendapati Reyhan terbaring di atas ranjang, yang ada pemuda itu justru asyik bermain PS di kamarnya. Dan Reyhan terlihat baik meski wajahnya sedikit pucat.
“Eh kalian udah datang. Yok masuk!” Reyhan berdiri, yang kemudian dimanfaatkan oleh Jared dan Rifat untuk mengambil alih permainan. Senyumnya tersungging saat menyapa Aira.
“Hai, Ra!”
Aira mendengus. “Sialan, kalian nipu gue ya!” ketusnya pada Haris yang masih berdiri dengannya di depan pintu. “Kerjaan siapa nih ngerjain gue? Lo ya, Rey dalangnya!” tunjuknya pada Reyhan yang juga telah berada di depannya.
“Aish, nyebelin banget sih kalian,” gerutu Aira frustasi.
“Kita nggak nipu, Ra. Emang beneran Rey sakit kok.” Haris tersenyum simpul. “Dia demam seharian kemarin, Cuma…,”
Kata- kata Haris terhenti. Dipandanginya Reyhan, sahabatnya dari atas ke bawah berulang kali sebelum akhiranya kepalanya menggeleng geli.
“Cuma apa?” tanya Aira tak sabar.