Aira menggeleng. “Ogah ah, gue banyak tugas! Gue kirim doa ajalah biar dia cepat sembuh.” Ucapnya datar. “Ya udah ah, gue balik ke kelas dulu ya!”
Sepeninggal Aira ketiga pasang mata berpandangan, tak lama salah satunya menyeringai. “Beneran wajib diseret neh cewek. Laksanakan plan B, guys!”
***
“Cowok- cowok gila! Sinting! Nggak beres!”
“Parah woi kalian semua!”
“Ini sih namanya penculikan. Tau nggak kalian bisa gue laporin ke polisi!”
“Argh, sialan kalian!”
Aira tak henti mengumpat. Ia gusar karena saat sedang menunggu angkutan umum sepulang sekolah, dirinya diseret masuk ke dalam sebuah mobil. Jared dan Rifat pelakunya. Dan kini keduanya hanya tertawa- tawa mendengar semua makian yang meluncur dari bibirnya. Sama sekali tak merasa bersalah.
“Kan tadi kita udah ngomong baik- baik, lo nya aja pakai sok sibuk,” cibir Rifat yang duduk di sisi kanannya.
“Ya lagian ngapain juga sih gue harus ikut?” Aira balik bertanya dengan nada marah. Dia benar- benar dongkol karena kelakuan Jared dan Rifat.
“Lu nggak pernah dengar apa yang Bu guru bilang, kalau ada temen yang sakit harus kita jenguk. ”Jared mencoba bersikap konyol. Namun melihat tatapan tajam Aira ke arahnya, wajahnya pun meringis tak nyaman.