Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Demit Penghuni Kantor Desa

9 Mei 2016   22:12 Diperbarui: 9 Mei 2016   22:15 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Ya. Ya. Markasan memang sudah terpengaruh para iblis, temannya itu. Orang-orang yang dianggap tua tidak bisa memperingatkannya. “Orang pintar” yang dulu diminta membantunya sudah angkat tangan.

            Tetapi, waktu selalu tidak dapat ditebak. Sore itu menjelang magrib, Markasan memergoki salah satu demit temannya masuk perusahaan eternit. Ada apa ia kesana?

            Esok paginya Markasan mencoba telepon perusahan eternit itu.

            “Halo. Saya Petinggi Markasan.”

            “Oh, ya Pak. Beres. Jam sepuluh dikirim langsung ke rumah Bapak 20 sak semen.” Kata yang diseberang sana.

            “Semen apa? Sampeanini siapa?”

            “Saya Kepala Gudang, Pak. Kemarin menjelang maghrib Bapak kan datang, katanya perlu semen 20 sak. Sudah saya konsultasikan dengan atasan, dan tidak ada masalah.”

            “Siapa yang menemuimu kemarin?”

            “Pak Petinggi.”

            Markasan gemetar disebut di ujung telepon.

            “Bukan, itu makhluk lain barangkali.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun