Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Demit Penghuni Kantor Desa

9 Mei 2016   22:12 Diperbarui: 9 Mei 2016   22:15 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Tidak sampai seminggu, Petinggi Markasan sudah berkuda jantan yang gagah. Di atas kudanya ia juga tampak lebih gagah. Dan semakin rajin keliling kampung. Kalau keliling kampung ada saja demit yang ikut bonceng.

            Saat melakukan kunjungan di suatu kampung, ada seorang janda cantik menganggukkan kepala pada Markasan.

            “Pak Markasan,” Kata demit yang menyertai, “Janda itu butuh bantuan.”

            “Bantuan apa?” Markasan mendekatkan mulutnya pada telinga demit.

            “Dia butuh laki-laki.” Saran demit.

            “Ngawur kamu.” Bentak Petinggi Markasan. “Saya punya istri. Kalau istri tahu bisa marah.”

            “Gampang, bujuk Bu Petinggi plesir, suruh ajak teman-temannya.”

            Markasan menuruti saran demit. Ia menawarkan istrinya untuk plesir. Tidak hanya sehari dua hari, tapi seminggu. Istrinya setuju. Markasan memberi uang saku yang besar untuk belanja. Dan Markasan rajin mengunjungi kampung itu setiap malam, menemui janda cantik itu.

***

            Namun, semenjak ada program aneh-aneh yang harus dilaksanakan, Markasan tidak tahu kalau ada penduduk yang berpapasan dengannya menundukkan kepala sebagai tanda rasa takut, atau sedang menyembunyikan mukannya dari rasa kesalnya. Markasan merasa itu penghormatan penduduk yang dalam untuknya.

            Ketakutan penduduk itu semakin tampak nyata ketika salah seorang diantaranya dihardik Markasan, gara-gara belum melunasi iuran pembangunan desa. “Itu artinya kamu tak cinta pada desamu! Tidak nasionalis!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun