Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Cinta Mengubah Pikiran Kelam

29 April 2016   23:41 Diperbarui: 30 April 2016   22:15 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kalau begitu, kamu kembali ke kamar.”

“Kang.”

Pandangan mata mereka saling berbenturan.

“Aku akan tetap di sini sampai jam dua belas nanti.”

Sunyi lagi. Marmo menarik nafas kuat-kuat.

“Kalau begitu marilah kita tidak terlalu bersedih. Kita sambut jam dua belas dengan kegembiraan. Aku ingin mengajakmu mengenang masa hidup kita yang senang-senang, yang indah-indah.”

Lasmi diam saja. Tetapi Marmo terus saja bicara. Dia mulai membuka cerita demi cerita yang pernah mereka alami berdua, yang lucu-lucu, yang menyenangkan. Tetapi tidak bisa membuka mulut Lasmi agar bisa tersenyum. Ya. Ya, Marmo harus menghiburnya agar detik-detik ini terlewatkan tidak dalam kesunyian. Ia ingin mengucapkan selamat tinggal kepada dunia dengan lelucon.

“Kamu ingat Markaban?” katanya. Tidak disangka, nama Markaban bagi Lasmi ternyata lebih lucu dari Srimulat. Lebih menggelikan dari pada nama Kartolo, Baseman atau Sapari. Lasmi tiba-tiba tertawa cekikikan. Marmo merasa telah menemukan jalan untuk meninggalkan kemuraman sejenak.

“Kamu, masih ingat kan? Ketika sore hari gubuk kita sudah dikepung petugas ketertiban kota. Kita disuruh keluar karena gubuk kita akan dibongkar paksa. Ketika kita sudah keluar ternyata yang kita hadapi para petugas yang berpenampilan layaknya tentara mau perang. Mukanya dilepoti jelaga. Seorang petugas yang berada di depan kita juga sulit kita kenali. Tetapi kita tiba-tiba ingat karena tai lalat di bawah bibirnya dan nama yang menempel di atas saku bajunya: MARKABAN.”

“Hik.Hik.Hik.”

“Apa Las?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun