"Oh rokok bapak. Bapak siapa? Bapakku itu tidak merokok. Dan kamu tahu itu." Bentakku lagi.Â
Wajahnya memerah. Dan matanya mulai berkaca-kaca.Â
Aku tak peduli. Terus kuhujamkan dia dengan pertanyaan. Tangan ini sudah gatal saja ingin bergerak. Kutahan semampuku.
Ia tak juga mau menjawab. Aku sudah tak tahan. Kulesatkan saja satu tamparan ke wajahnya.
"Kurang ajar kamu ya. Main kamu dengan laki-laki lain?"Â
"Bukan begitu bang, bukan...." Ujarnya terbata-bata, menangis ia.
"Apa?"
"Cuma teman bang, teman..."
"Teman apa? Mana ada teman masuk ke kamar? Teman wanita? Ada wanita merokok kretek?" Tegasku.
Dia jatuh tersipuh, berharap dikasihani.
Tak peduli aku. Aku sudah kelewat marah malam ini.