"Jangan bohong!" Bentakku keras.
Dia terus menggeleng.
Lama-lama aku naik pitam. Hampir saja tanganku melesat meninju wajahnya. Untung saja aku segera sadar. Dan menahan itu.
"Apa yang kau lakukan pada ibuku?" Tanyaku lagi.
"Aku tidak berbuat apa-apa bang." Ujarnya terbata-bata.
Aku masih tak percaya. Terus kutanyai ia. Kupaksa ia menjawab.
Aku mendengar ibu menangis di ujung sana. Tak mungkin jika tak ada apa-apa.
Disaat tegang seperti itu, mataku malah berfokus pada asbak di samping tempat tidur. Itu apa? Itu bukan rokok yang biasa kuhisap.
"Kamu merokok?" Tanyaku pada si Sumi. Rasa curigaku makin menjadi. Ini pasti ada apa-apanya.
"Itu bapak tadi yang merokok" jawabnya. Aku tau dia berbohong.
Sejak muda ayahku itu sudah tak merokok karena sakit paru-parunya.