Mohon tunggu...
Mayaruchka
Mayaruchka Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ibu rumah tangga

Mempunyai hobby menulis cerita pendek, cerita anak dan sedang belajar menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Diagnosa Epilepsi untuk Anakku

23 Maret 2023   14:25 Diperbarui: 23 Maret 2023   14:28 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2013

Malam itu, sekitar pukul sembilan, aku baru selesai merapikan sisa-sisa makan malam, mencuci beberapa piring kotor, lalu mematikan lampu-lampu ruangan yang sudah tidak terpakai.

Suasana hening, karena kedua anakku sudah tidur. Sementara suamiku masih asyik membaca di ruang tamu yang terletak  berhadapan dengan kamar tidur kami.

Saat aku masuk kamar, tiba-tiba aku mendengar suara gigi yang beradu. Suara itu berasal dari mulut Zeki, putera keduaku yang  sedang tidur. Saat itu Zeki berusia sembilantahun dan  duduk di kelas empat SDIT di kota kami.

Tapi, ada yang aneh! Kulihat matanya setengah terbuka, mulutnya miring ke kanan dan tubuhnya berguncang, seperti menggigil, terlihat seperti orang kejang.

"Ya Allah, Zeki!, kamu kenapa, Nak?" Aku  menyentuh dahi Zaki. Suhunya normal, malah berkeringat. Kuangkat badan Zaki, lalu memeluknya.

"Ayaah! Zeki, Yah!" Aku mulai panik. Sebelumnya Zeki tidak pernah seperti ini.

Suamiku langsung menyusul ke kamar.

"Ada apa ini, Bun? Zeki kenapa?" Mulutku bak terkunci,  tak bisa berkata-kata karena panik. Aku hanya terus memeluk Zeki.

Kemudian suamiku mengambil alih Zeki dari pelukanku, menggendongnya, dan membawa ke luar kamar.

Kami pikir mungkin Zeki kedinginan, sehingga dia menggigil seperti itu.

Lalu suamiku membuka kancing baju Zeki, memeluknya sambil memanggill nama Zeki berulang-ulang.

"Zeki! Zeki! Ini Ayah. Zeki dengar Ayah, Nak?"

 Suamiku menepuk pipi Zeki perlahan. Zeki tetap tidak merespon. Masih dalam kondisi tidur dengan mata setengah terbuka, dan posisi mulutnya masih miring ke kanan.
 
Lalu spontan suamiku melantunkan Ayat kursi sambil menengadahkan kedua tangannya, dilanjutkan dengan Surat Al- Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas.
 Kemudian mengusapkan tangannya ke muka Zeki, lalu  kembali merapatkan pelukannya pada Zeki.

"Zeki! Zeki! ini Ayah, Zeki dengar suara Ayah?"

 Alhamdulillah.., perlahan-lahan Zeki membuka matanya. Mulutnya pun kembali normal. Dia seperti baru terbangun dari tidur. Sambil memandangi sekeliling, seperti orang kebingunan dia bertanya,

"Aku kenapa,Bun? Badanku kok rasanya capek banget ya?" tanya Zeki dengan wajah bingung.

"Tadi kamu kaya kejang-kejang gitu, tapi cuma sebentar. Apa yang kamu rasakan, Nak? Apa ada yang sakit? Atau kepalamu pusing?" Zeki menggeleng.

"Aku ga merasa ada yang sakit, Bun, hanya merasa lelah seperti habis lari. Haus Bun, pengen minum."

Aku segera mengambilkan minum untuk Zeki, mendekatkan cangkir ke mulutnya, lalu Zeki hanya minum seteguk saja.

Alhamdulillah Zeki sudah sadar. Tapi aku khawatir kalau-kalau kejadian seperti tadi akan terulang lagi. Maka aku mengusulkan kepada suamiku agar membawa Zeki ke rumah sakit.
Suamiku setuju. Setelah berganti pakaian kami berangkat ke rumah sakit swasta tak jauh dari Perumahan kami.

Kurang lebih lima belas menit, kami sudah tiba di ruang UGD rumah sakit tersebut. Dengan sigap dokter jaga menyambut Zeki dan membawanya ke ruangan UGD.  Tanpa bertele-tele, Zeki pun segera di tangani. Setelah memeriksa keadaan anakku, dokter mengajukan beberapa pertanyaan.

 Melihat kondisi puteraku yang tidak sedang demam, dokter menyatakan bahwa kemungkinan anakku menderita Epilepsi. Aku terkejut dengan diagnosa tersebut.

"Epilepsi, Dok?" Aku balik bertanya ke dokter itu.

"Begini Bu, epilepsi itu, suatu keadaan ketika aktivitas sel saraf di otak terganggu, hingga menyebabkan kejang-kejang," jelas dokter.

"Kira-kira penyebabnya apa itu, Dok?"

"Bisa dari turunan, cedera otak, stress, infeksi pada otak atau bisa juga karena ada tumor. Apakah dari keluarga Ibu ada yang mengidap epilepsi?"

"Oh, begitu ya. Tapi dari keluarga kami tidak ada riwayat penderita epilepsi Dokter
."

"Baik Bu, ini baru diagnosa awal, untuk lebih lengkapnya kita akan lakukan pemeriksaan lanjutan. Setelah ini  akan  di lakukan pemeriksaan EEG atau rekam otak ya Bu.  Kalau ibu setuju saya akan  buatkan rujukannya, karena di sini tidak ada peralatannya. Adanya di rumah sakit pusat."

Dokter itu menjelaskan panjang lebar.

Aku mengangguk-anggukkan kepala sambil berpandangan dengan suami.

"Lalu, malam ini gimana, Bu, Zeki mau lanjut  rawat inap atau mau pulang? Karena kondisinya tidak demam jadi Zeki boleh pulang."

Dokter menatap ke arahku.

Setelah berdiskusi dengan suami, karena ini kejadian pertama, khawatir nanti terulang lagi maka kami minta Zeki di rawat inap dulu. Dokter setuju lalu segera menghubungi bagian rawat inap, agar menyiapkan kamar untuk pasien baru.

Tidak menunggu lama, dua orang perawat perempuan membawa kami ke lantai tiga menuju ruang perawatan khusus anak anak.

Jadilah malam itu Zeki di rawat.  Aku yang menunggui Zaki. Sementara suamiku pulang dulu ke rumah, karena Sasa, kakaknya Zeki tadi ditinggal sendiri di rumah dalam kondisi tidur. Khawatir nanti dia terbangun dan menangis karena tidak melihat ayah dan ibunya.

Untunglah sampai di rumah, menurut cerita suamiku Sasa masih dalam keadaan terlelap. Rencanannya besok pagi mereka berdua akan datang  ke rumah sakit, sekalian membawa baju ganti buatku dan Zaki. Malam ini Zaki memakai baju khusus pasien yang sudah disiapkan dari rumah sakit.

*

Keesokan harinya.

Sekitar pukul enam pagi,  Zeki sudah mandi. Setelah mandi dia minta pulang.

"Bun, Aku mau pulang, ga mau di sini."

Mungkin karena merasa badannya sehat dan tidak ada demam,  makanya dia merasa bosan.

"Iya, nanti tunggu dokternya 'visite' dulu ya,  nanti kita minta pulang." Jawabku.

"Yess!" Zeki berteriak kegirangan.

Tidak lama terdengar suara handel pintu dibuka,

"Assalamualaikum." Terdengar suara khas suamiku.

Dia datang bersama Sasa sambil membawa tas jinjing berisi pakaianku dan Zeki

"Waalaikumsalam." Aku menyambut tangan suamiku dan menciumnya dengan takzim. Lalu Sasa meraih tanganku dan menciumnya dengan lembut.

"Kangen Bunda," katanya seraya memeluk dan mencium kedua pipiku.

"Baru juga satu malam, masa udah kangen?" Aku mencubit hidungnya yang mancung. Sasa nyengir sambil memegang hidungnya.

"Zaki, ngapain kamu di sini? Ga sakit juga kan?" Sasa menggoda adiknya

Sekitar pukul sembilan pagi, waktunya visite atau kunjungan dokter ke pasien.  Dokter memeriksa dada Zaki dengan steteskop, syukurlah kondisi denyut jantung dan nadinya normal, serta tidak ada keluhan dari Zaki. Maka anakku diperbolehkan pulang hari itu juga. Dengan catatan ada jadwal kontrol ke spesialis syaraf di rumah sakit swasta pusat yang terletak di kota Bekasi.

*

Tujuh hari kemudian

Hari ini  jadwal kontrol Zeki ke dokter spesialis syaraf. Sekitar pukul sepuluh pagi kami sudah berada di ruangan tunggu pasien dokter syaraf.

Hanya dalam waktu sepuluh menit, zeki sudah dipanggil, kami mendapat nomor urut pertama.

Setelah membaca status Zeki, dan mengajukan beberapa pertanyaan, dokter menyuruh kami menuju ke ruangan lain, karena akan dilakukan EEG(Elektroencefalogram) atau disebut juga tes gelombang otak atau rekam otak pada Zeki.

Sampai di ruangan EEG, Zeki di persilahkan masuk dan naik ke atas kasur pemeriksaan. Nah! ini Aku baru tahu, ternyata EEG itu, di bagian kepala dan perut Zeki dipasangkan banyak sekali kabel yang terhubung pada sebuah mesin. Proses ini memakan waktu sekitar enam puluh menit.

 Selesai di EEG, semua kabel yang memenuhi badan Zeki pun di lepas. Lalu kami dipersilahkan keluar dar ruangan itu dan diminta untuk menunggu kembali di depan ruang dokter spesialis syaraf.

 Dua puluh menit berlalu.. , Zeki akhirnya dipanggil  masuk ke ruang dokter spesialis syaraf.  Kami dipersilahkan duduk, lalu dokter itu menunjukkan hasil rekam otak Zeki, berupa kertas yang lumayan panjang dan memperlihatkan gambar  garis-garis  turun naik seperti gambar pada seismograf(alat pencatat getaran gempa).

Setelah membaca hasil rekam otak tersebut, Dokter menyimpulkan bahwa Zeki mengalami Epilepsi, karena di situ terlihat ada pola khas kejutan- kejutan listrik  yang tidak normal pada otak.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, dokter menyarankan  agar dilakukan tindakan CT Scan pada Zeki. dengan begitu akan  mendapatkan gambaran yang lebih lengkap. Karena dari sana bisa diketahui apakah ada kelainan pada otak seperti infeksi otak, cedera otak, atau bahkan tumor pada otak. Saat mendengar penjelasan dari dokter aku hanya mengangguk-anggukkan kepala, sambil berdoa dalam hati, semoga Zeki dijauhkan dari penyakit tersebut. Sejauh ingatanku Zeki belum pernah jatuh yang menyebabkan cedera pada bagian kepala.

"Dok, apakah penyakit ini bisa sembuh? Maksud saya apakah kejang-kejang ini akan berulang?" tanyaku penuh rasa khawatir.

"Kejang-kejang bisa saja berulang, Bu. Untuk mencegah terjadi kejang lagi, mungkin Ibu bisa menjaga suasana hati anak supaya tidak mengalami stress. karena stress pun dapat memicu terjadinya kejang-kejang tersebut."

"Oh begitu. Baik Dokter, nanti akan  kami coba. Terimakasih atas sarannya."  Setelah itu kami berpamitan dan meninggalkan ruang dokter  tersebut.

"Baik Bu, Pak, sama-sama." Dokter pun ikut berdiri.

Tiba di rumah saya berdiskusi dengan suami mengenai tindakan CT Scan untuk Zeki.  Setelah mengobrol lama kami sepakat dan memutuskan agar Zaki tidak usah di CT Scan. Itu artinya kami tidak melanjutkan tindakan  yang di sarankan dari  rumah sakit.

Kami memilih untuk melakukan pengobatan alternatif dulu untuk Zeki. Bismillah, ikhtiar. Esoknya, suamiku membawa Zaki ke tempat rukiyah, yaitu metode pengobatan dengan cara dibacakan ayat-ayat Al-quran untuk mengeluarkan makhluk halus yang mungkin bersemayam di dalam tubuh Zeki. Tapi, sepulangnya dari sana apa yang terjadi membuatku tertawa geli.

"Gimana tadi pas Zeki di rukiyah ,Yah?" tanyaku.

" Zeki malah tidur, Bun." Ayah terkekeh geli. Aku pun ikut tertawa. Wah kenapa itu ya?

Lalu, kami coba konsumsi susu kambing murni kepada Zeki.Karena menurut literatur yang kami baca, susu kambing murni bisa mengobati berbagai macam penyakit.

Alhamdulillah, kami di pertemukan dengan Pak Yunan, penjual susu kambing murni, yang tinggal tidak jauh dari perumahan kami. Menurut beliau untuk  terapi penyembuhan penyakit sebaiknya minum susu kambing itu dua kantong(ukuran dua ratus mili liter) setiap pagi dan sore hari selama tujuh hari berturut-turut.

 Tapi  pada prakteknya kami suruh Zeki untuk mengonsumsi  satu kantong setiap hari selama sebulan berturut-turut.

 Sampai bulan berikutnya, Zeki tetap rajin mengkonsumsi susu kambing murni tersebut.

Setelah itu Zeki masih mengalami kejang-kejang seperti itu sekitar  empat atau lima kali dalam dalam bulan berikutnya. Kejangnya tidak lama, sekitar dua sampai tiga menit.  Tapi kami sudah tidak sepanik dulu lagi. Bisa dibilang  bahwa kami sudah berteman dengan penyakit itu. Kami sudah ikhlas dan pasrah atas apa yang sudah Allah tetapkan pada Zeki.

Selanjutnya, kami juga rutin memberikan madu untuk Zeki, dibarengi dengan minum serbuk amandel untuk mengobati amandelnya yang sedang radang.

Terakhir, saya minta kepada Zeki agar jangan memendam amarah. Saya coba berbicara dari hati ke hati dengan Zeki. "Zeki, kalau lagi  kesal sama Ayah, Bunda,atau Kak Sasa, kamu boleh marah, Nak. Luapkan saja perasan marahmu. Atau bisa juga bilang ke Bunda, Aku marah nih sama Bunda. Jelaskan marahnya kenapa? Jangan di simpan di dalam hati. Karena tidak baik memendam perasaan marah, ya sayang ya?" Kataku sambil meraih kepalanya dalam pelukanku.

" Iya, Bunda." Zeki menjawab singkat.

Tidak terasa enam bulan lebih kami ikhtiar melakukan pengobatan tanpa putus. Sampai Zeki naik kelas lima SD alhamdulillah dia sudah tidak mengalami kejang-kejang lagi.

Tamat dari SD, Zeki melanjutkan sekolah ke SMPIT di kota Lembang. Sebuah kota yang dingin dan sejuk.  Kami sempat merasa khawatir kalau kejang-kejang itu akan terjadi lagi. Tapi, Alhamdulillah selama di sana Zeki tidak mengalami kejang-kejang.

Setelah tamat dari SMP, Zeki diterima di SMA Negeri favorit di kota kami.

**

Sekarang Zeki sudah kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri terkenal di kota Bandung.

Alhamdulillah Zeki sudah tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah, sehat lahir dan bathin insyaallah.
Terima kasih ya Allah, atas segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami. semoga kami selalu menjadi hamba yang bersyukur.


Bekasi, awal Ramadhan 2023

***Tamat***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun