Mohon tunggu...
Ilham Adli
Ilham Adli Mohon Tunggu... Mahasiswa - kaum proletariat

bukan filsuf

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dari Pesantren ke Perjuangan Sosial, Santri dalam Wacana Kiri

8 November 2024   20:48 Diperbarui: 8 November 2024   22:36 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui dialektika ini, santri tidak hanya melihat Islam sebagai ajaran normatif, tetapi juga sebagai panduan etika untuk praxis sosial. Dalam pengertian Paulo Freire, kesadaran santri mengenai ketidakadilan struktural di masyarakat dapat membawa mereka pada conscientização, atau kesadaran kritis, yang tidak hanya memahami ketidakadilan sebagai kenyataan, tetapi juga sebagai kondisi yang harus diperbaiki. Conscientização dalam konteks santri melibatkan reinterpretasi nilai-nilai Islam yang tidak hanya bersifat kontemplatif, tetapi juga mengarah pada tindakan konkret untuk merubah kondisi sosial, terutama dengan membela mereka yang miskin dan tertindas.

Akhirnya, posisi santri yang mengintegrasikan pemikiran kiri dengan nilai-nilai Islam dapat dilihat sebagai counter hegemonic stance sebuah posisi yang menolak hegemoni nilai-nilai kapitalisme dan individualisme yang sering bertentangan dengan prinsip Islam. Alih-alih menerima ketimpangan sebagai takdir, mereka melihat keadilan sosial sebagai sesuatu yang wajib diperjuangkan. Dengan kata lain, Islam bukan sekadar ajaran ritual dan ibadah, tetapi juga landasan aksi sosial yang radikal, yang mencakup kritik terhadap struktur kekuasaan dan ketimpangan ekonomi.

Dalam pendekatan filsafat ini, santri yang mengintegrasikan Islam dengan ideologi kiri dapat dilihat sebagai sosok yang menjalani praxis transformatif, yaitu bentuk tindakan yang tidak hanya mengkritisi realitas sosial, tetapi juga berusaha mengubahnya sesuai dengan nilai-nilai keadilan yang mereka yakini. Dengan demikian, santri dalam konteks ini menjadi aktor yang bergerak melampaui batas-batas tradisi konservatif, memasuki ranah philosophical activism, di mana ideologi kiri dan Islam bergabung sebagai landasan dalam perjuangan sosial yang progresif dan transformatif.

FIGUR SANTRI DALAM AKTIVISME SOSIAL: DIALEKTIKA AGAMA DAN ETIKA KEBERTINDAKAN

Figur santri yang terlibat dalam aktivisme sosial menunjukkan fenomena yang menarik dalam lingkup filsafat sosial, dimana spiritualitas religius bertemu dengan tuntutan untuk bertindak secara etis diruang publik. Aktivisme santri melibatkan kombinasi nilai keislaman dan etika praksis, menghasilkan figur yang dapat disebut sebagai philosopher-activist seseorang yang tidak hanya memahami realitas melalui prinsip-prinsip religius, tetapi juga merasa terdorong untuk mengintervensi kondisi sosial yang mereka pandang tidak adil.

Dalam pandanga filsafat eksistensialis, santri yang terjun kedalam aktivisme sosial dapat dipandang sebagai individu yang merespon "panggilan" ekesistensial mereka. Tokoh seperti Gus Dur, KH. Imam Habibul Haramain Jember yang sering dianggap sebagai figur santri progresif, dapat dipahami sebagai pribadi yang memilih untuk mengaktualisasikan nilai-nilai keislaman dalam kerangka keberpihakan terhadap kemanusiaan. Panggilan untuk melakuakn aksi sosial tidak hanya berasal dari moralitas agama yang pasif, tetapi merupakan keputusan otentik untuk mewujudkan nilai nilai islam dalam konteks dunia nyata. Dalam istilah Jean Paul Sartre, santri yang memilih jalan aktivisme ini menjalani kebertindakan yang autentik (autenthic existence), sebuah respon aktif terhadap kondisi yang memerlukan tindakan etis, bukan sekedar perenungan belaka.

Santri seperti Gus Dur, KH. Imam Habibul Haramain (Guru saya) atau aktivis santri lainnya dapat dipandang sebagai bentuk organic intelectual, menggunakan istilah Antonio Gramsci. Dalam hal ini, mereka adalah intelektual yang bukan hanya berfungsi sebagai penafsir doktrin keagamaan, tetapi juga sebagai pemimpin moral yang dekat dengan persoalan masyarakat bawah dan berupaya memberikan solusi melalui peran public mereka. Sebagai organic intellectual, mereka tidak hanya memberikan wacana atau fatwa gama, tetapi juga menciptakan ruang bagi santri dan masyarakat untuk mempertanyakan struktur kekuasaan, ketimpangan, dan kebijakan yang menindas. Dengan demikian, santri yang terlibat dalam aktivisme sosial ini berperan sebagai agent kontra-hegemonik, yang secara sadar menolak dominasi ideologi yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan yang mereka yakini dalam islam.

Dalam kerangka filsafat etika, keterlibatan santri dalam aktivisme sosial juga dapat dilihat melalui kacamata ethics of care. Prinsip ini, yang menekankan tanggung jawab dan solidaritas terhadap orang lain, sangat relevan dengan etika keislaman yang menghargai tanggung jawab sosial dan kepeduian terhadap sesama manusia. Santri yang menjadi aktivis melihat dirinya sebagai "penjaga" (custidian) bagi masyarakat yang lebih luas, khususnya bagi mereka yang termarginalkan dan tertindas. Prinsip ini memperlihatkan bahwa agama tidak hanya berfungsi sebagai aturan yang normatif ayng abstrak, tetapi juga sebagai dorongan moral yang nyata untuk terlibat dalam caring action yang menanggulangi penderitaan orang lain. Dalam konteks ini, figur santri progresif merupakan pengejawantahan dari konsep khalifah fil ard peran manusia sebagai wakil tuhan di bumi yang bertanggung jawab atas keadilan dan kesejahteraan sosial.

Dalam perspektif Emmanuel Levinas, kehadiran "yang lain" (the other) menjadi pnggilan etis yang mutlak. Bagi santri aktivis,"yang lain" ini adalah masyarakat kecil, kaum miskin, atau kelompok minoritas yang menghadapi ketidakadilan, karl marx menyebutnya dengan istilah kaum proletariat. kehadiarn mereka tidak bisa diabaikan begitu saja, tetapi menjadi panggilan moral yang harus direspon. Levinnas berargumen bahwa tanggung jawab terhadap yang lain (the other) ini mendahului pengetahuan atau sistem nilai apapun, artinya kewajiban untuk merespon penderitaan orang lain adalah dasar etika yang paling fundamental. Bagi santri aktivis, prinsip ini tampak dalam sikap mereka untuk membela kaum tertindas sebagai manifestasi dari iman yang dijalankan secara nyata dalam tindakan. Dalam konteks ini, agama berfungsi sebagai dasar moral yang memungkinkan mereka untuk merespon panggilan etis yang muncul dari interaksi mereka dengan masyarakat.

Figur santri dalam aktivisme sosial juga mewujudkan konsep praxis yang diperkenalkan oleh Paulo Freire, dimana pendidikan dan kesadaran bukanlah proses atau arah, namun sesuatu yang harus di translate ke dalam aksi konkret untuk perubahan. Bagi santri yang aktif secara sosial, nilai-nilai yang mereka pelajari di pesantren bukanlah pengetahuan yang tersimpan dalam ruang yang steril, tetapi menjadi dasar bagi mereka untuk memahami realitas sosial secara kritis dan menghadapinya dengan praxis. Dalam pengertian Freire, santri ini tidak hanya memahami doktrin agama, tetapi juga mengembangkan conscientizacao (kesadaran kritis yang melihat masalah sosial bukan sekedar sebagai akibat takdir), melainkan kondisi yang dapat diubah dan harus diubah.

Dalam pendekatan kritis, figur santri ini menantang konsep otoritas tradisional agama yang cenderung pasif dan apolitis. Mereka menolak ide agama yang hanya berfungsi sebagai penjaga moralitas individu tanpa intervensi dalam bidang sosial. Sebalinya, mereka mengajukan agama sebagai counter-narrative yang berperan untuk membongkar hegemoni  ideologi dominan dan menggantinya dengan nilai-nilai keadilan, empati, dan kesetaraan. Aktivisme mereka adalah bentu counter-discourse yang memungkinkan agama tampil sebagai suara progresif yang mendukung hak-hak kaum marginal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun