“Saat sang dokter memeriksa, pasien itu sadar. Ia membuka matanya perlahan, samar-samar dari hanya bintik-bintik warna hingga ia melihat jelas wajah dokter itu.
“Dimana saya?” Itulah pertanyaan pertama yang ia ucapkan saat ia sadar.
“Di rumah sakit, Pak Ipul.” Rumah sakit?
“Dimana istriku dokter, saudara-saudaraku.” Sambil memegang lengan sang dokter. “Tenang, Pak Ipul, nanti kita akan bertemu. Yang penting Pak Ipul, sehat kembali.
Seminggu kemudian.
Dokter, boleh kah aku bertemu mereka? Tanya ipul penuh harap pada sang dokter. Dokter itu pun tersenyum, “Ayo ikut.”
“Masih jauh dok?” Tanya Ipul penasaran. Sang dokter diam.
Kamar jenasah, tertulis di depan pintu. “Gak salah kan, dok?”
Dokter membuka pintu kamar jenasah, dan menyuruh yang bertugas disana untuk memperlihatkan ke empat jenasah itu.
Dengkul Ipul lemas, ia pun berlutut menangis. “Tabah, ya pak Ipul, Kematian itu sudah di ditentukan oleh Sang Pencipta. Sambil memegang pundak Ipul. Tangis Ipul makin kejar, dan memeluk paha sang dokter.
“Oh Iya, pak Ipul, Ini ada sebuah surat yang di temukan di baju istrimu, maaf aku sempat membacanya.