Mohon tunggu...
Ila Heti
Ila Heti Mohon Tunggu... -

Perempuan sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gerbong 03

26 Oktober 2012   14:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:22 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku buru-buru bertanya,"Siapa..?"

"Gadis itu.."

"Mak...maksudnya gadis manis baju biru,rambut di ikat ke belakang berponi?"

"Kau melihatnya..?!,wanita itu terkejut.

"I..iya..,kenapa?"aku terbelalak.

"Dia seorang gadis yang terdorong keluar gerbong ini karena penumpang yang berjubel malam itu..,dia mati.."

"Ibu siapa..?"

"Aku melihatnya waktu itu..",sambil menangis

"Ibu.."

"Dia keponakanku.."

Aku terkejut seketika,genap empat puluh hari  sudah ketika dia duduk bersamaku di  bangku belakang gerbong  kosong tiga malam itu,setelah bercerita ibu itu mengajakku turun di stasiun terakhir,ternyata makam gadis itu hanya beberapa kilo saja dari pertigaan menuju desa nenekku,aku mengikuti si ibu itu berjalan menuju makam,dari pelataran dan barisan batu nisan aku membaca sebuah nama  yang masih jelas di batu nisannya dengan tanah yang masih lumayan basah,karena memang masih empat puluh harinya "Keysa"..,sampai di sana seorang penjual bunga menawarkan sekeranjang bunga untuk di tabur di pusara,setelah membayarnya aku dan ibu itu menaburkannya.Kemudian si ibu berdiri dan meninggalkanku sendiri di pusara sambil menyentuh bahu kananku dan terisak,aku biarkan wanita itu meninggalkanku sendiri di bawah taburan kamboja yang berguguran sambil bersimpuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun