Aku buru-buru bertanya,"Siapa..?"
"Gadis itu.."
"Mak...maksudnya gadis manis baju biru,rambut di ikat ke belakang berponi?"
"Kau melihatnya..?!,wanita itu terkejut.
"I..iya..,kenapa?"aku terbelalak.
"Dia seorang gadis yang terdorong keluar gerbong ini karena penumpang yang berjubel malam itu..,dia mati.."
"Ibu siapa..?"
"Aku melihatnya waktu itu..",sambil menangis
"Ibu.."
"Dia keponakanku.."
Aku terkejut seketika,genap empat puluh hari sudah ketika dia duduk bersamaku di bangku belakang gerbong kosong tiga malam itu,setelah bercerita ibu itu mengajakku turun di stasiun terakhir,ternyata makam gadis itu hanya beberapa kilo saja dari pertigaan menuju desa nenekku,aku mengikuti si ibu itu berjalan menuju makam,dari pelataran dan barisan batu nisan aku membaca sebuah nama yang masih jelas di batu nisannya dengan tanah yang masih lumayan basah,karena memang masih empat puluh harinya "Keysa"..,sampai di sana seorang penjual bunga menawarkan sekeranjang bunga untuk di tabur di pusara,setelah membayarnya aku dan ibu itu menaburkannya.Kemudian si ibu berdiri dan meninggalkanku sendiri di pusara sambil menyentuh bahu kananku dan terisak,aku biarkan wanita itu meninggalkanku sendiri di bawah taburan kamboja yang berguguran sambil bersimpuh.