"Alahhh alasan, buktinya yang lain bisa datang lebih pagi, dasar kamunya saja yang selalu terlambat."
"Tapi rumah saya jauh bu, dua kali naik angkutan umum."
"Sudah-sudah, simpan tas kamu dan kerjakan tugasnya di depan."
Bu Evi mengakhiri pembicaraannya, dia memang kadang begitu terkesan galak, tapi nantinya juga biasa lagi. Tanpa bicara lagi aku menuju tempat duduku, dibarisan paling ujung kedua dari depan. Aku lebih suka duduk dibarisan depan dekat bangku guru, supaya terdengar jelas ketika sedang menerangkan.
"Emang enak kesiangan, kasian deh."
Wati temenku anaknya ibu kantin meledeku, dan aku tidak membalasnya hanya memonyongkan bibirku.
"Weeew."
Teman-teman yang lain hanya melirik, melihat tingkah aku dan Wati. Aku langsung menuju papan tulis tanpa membawa catatan tugas, karena memang tugasku belum dikerjakan.
"Nomor berapa bu yang belum?" Tanyaku pada bu Evi, sambil mengambil sepotong kapur tulis.
"Itu yang nomor lima, sekalian kamu gambar grafik fungsinya, ini penggarisnya."
Setelah memberikan penggaris bu Evi kemudian cuci tangan dan duduk di bangkunya. Aku mulai mengerjakan soal dengan teliti, dari cara penyelesaian sampai menggambar grafiknya, untungnya aku sudah menguasai materi itu. Teman-teman yang lain juga kadang dibuat bingung, aku yang sering terlambat dan jarang mencatat tapi ketika ulangan harian bisa menyelesaikan soal, meskipun tidak selalu dapat nilai sepuluh.