"Vin, kenapa bisa kayak gini, " Cindy mencemaskanku.
"Cind, ada sesuatu yang harus kamu tahu "
"Apa Vin ?"
Kulihat rasa penasaran dari sorot mata Cindy, ya Tuhan apakah aku mampu mengatakannya. Apakah yang akan terjadi nanti. Apakah aku masih bisa bersahabat dengan Cindy, bila nanti dia tahu yang sebenarnya apa yang aku rasakan.
"Cin, aku tahu ini salah . . . . "
Aku tak sanggup meneruskannya. Rasanya mulutku mulai terkunci, aku tak tahu apakah aku sudah siap atau belum.
"Aku tahu ini tak seharusnya terjadi, tapi aku tidak bisa menolak Cin."
Aku merasakan pipiku mulai basah oleh air mataku. Dengan lembut Cindy mengusapnya.
"Cin . . . "
"Sebenarnya apa yang terjadi Vin, " aku merasakan kekhawatiran yang dirasakan Cindy.
Aku mulai menyusun kekuatan lagi. Mau tidak mau dan siap tidak siap aku harus berani menghadapi segala resikonya nanti. Aku tak tahan didera rasa sakit yang kian menyiksa, menggerogoti hatiku.