"Wah, kakak belum nyobain minuman aku itu sih, kalau sudah pasti bakal muntah." Rein tertawa.
Setelah menghabiskan isi gelas mereka masing masing, kini Rein, Nara dan Jimmy berdiri mematung di depan lapak susu murni itu untuk menanti angkot yang akan di tumpangi oleh Rein.
"Hei Rein, makasih ya, kamu ngajak aku jalan-jalan, pakai kaki, capek sih, tapi rame juga ya." kata Jimmy sambil merangkul bahu Rein.
"Hem, katanya capek gak pakai mobil." goda Rein.
"Memang capek banget, kaki aku yang biasanya cuma nginjek tiga pedal di bawah, sekarang dibawa nginjek macem-macem. Tapi beneran asik banget kok, jadi kita kemana lagi besok?"
"Ke Cihapit, ajak Dandy, dia masternya daerah Cihapit."
"Ada apa di sana?" tanya Jimmy, ia terlihat sangat tertarik.
"Kaset bekas." sahut Rein.
"Kamu kok sukanya yang bekas-bekas sih, jiwa loakan." Jimmy menjitak kepala Rein.
"Benda bekas itu biasanya punya sejarahnya sendiri, asik aja disamping murah." Terang Rein santai.
"Murah, Meriah, Muntah?" tanya Nara kalem.