Nara tertegun sejenak, mendiang adiknya pernah mengatakan ini sebelumnya. Kembali terbayang senyum terakhir Jed yang sempat membuatnya tidak dapat memejamkan mata selama dua hari berturut turut.
Rein tergopoh-gopoh mengikuti langkah langkah lebar Nara yang berjalan mendahuluinya.
"Jadi aku musti mandi ya kalau mau masuk ke kosan kakak, sekalian aja pasang batas suci di pintunya." seru Rein nyinyir begitu ia menyadari mereka kini telah berada di depan kosan Nara yang tenang.
Tanpa mengeluarkan sepatah kalimat pun Nara langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Ini kan motor si Indra, kemana orangnya?" Rein melongok ke dalam kamar, ia melihat Indra tengah serius bermain game di komputer milik Nara.
"Tumben di sini? Biasanya di tempat ..." Rein menggantung pertanyaannya.
"Shia?" tanya Indra, matanya masih tertuju ke gambar-gambar grafis yang bergerak cepat di hadapannya.
"Ya begitulah."
"Ogah, pacarnya sering dateng."
"Winda?"
"Bukan artis pemeran pengganti kamu itu, tapi anak baru namanya Syasya. Tiap hari ada terus sekarang, udah kayak malaikat Rokib sama Atid aja mencatat amal baik dan buruknya Shia."