Nara diam ia masih ingat benar dengan Etude nomor tiga itu, Â lagu yang ia bawakan di pentas resital pianonya yang berakhir dengan rasa pahit di hatinya.
"Musik klasik terutama milik Mozart dan Beethoven kabarnya bisa membuat seorang bayi yang ada dalam kandungan menjadi lebih aktif dan cerdas, makanya di luar sana sudah mulai banyak ibu hamil  memperdengarkan musik klasik ke calon bayi mereka.  Harapannya sih anaknya nanti bakal sejenius Einstein." Rein menoleh ke arah Nara yang masih memandangi cover kaset itu sementara ia telah membuka pintu kamarnya.
"Hmm gitu ya." sahut Nara sambil bersandar di dinding kamar kos Rein.
"Nih kak kamusnya."
"Sejak kapan kamu suka klasikan?" Nara menyerahkan kaset milik Redi lalu menerima kamus yang diulurkan  gadis yang berdiri canggung dihadapannya itu.
"Sejak Redi sering setel kaset-kasetnya. Redi kan penggemar segala sesuatu yang klasik."
Nara mengangguk-angguk.
"Aku sih gak bisa dengerin lagu klasik yang panjang-panjang, too heavy kak, kapasitas otak ku kecil. Ya harus yang tipe-tipe kayak gini lah, kalau yang heavy-heavy enggaklah, sama kayak heavy metal, heavy tamala." kata Rein ringan.
"Epi kali itu mah." Nara tergelak.
"Kakak sudah ketularan logat orang sini rupanya, Evi kak bukan Epi."
Nara tersenyum. "Mandi sana!" perintahnya.