Rein bangun lalu mengucek matanya. Sakit kepalanya berangsur hilang. Â Jam dinding telah menunjukkan angka 6.30. Ia bergegas memakai sneakersnya dan mulai mencari Umam. Â Orang yang ia cari tengah menonton televisi hitam putih legendaris seantero kosan milik Redi.
"Sudah baikan?" Umam bertanya dengan raut wajah datar.Rein mengangguk. "Aku pulang ya makasih."
"Gak nginep aja di Mayang? Â Lea?"
Rein menggeleng.
"Aku antar ke depan." Umam beranjak dari duduknya mematikan televisi yang memiliki kaki itu dan menghampiri gadis yang tengah sibuk membenahi tali sneakersnya.
"Makan dulu yuk, kamu kan belum makan."
"Gak ah takut kelamaan, nanti gak ada angkot." Tolak Rein.
"Sebentar aja, nanti aku antar deh sampai rumah ... yang mana itu gak mungkin."
Rein cemberut, Umam tertawa.
"Yuk ah ke mas Nano." Ajak Umam setengah memaksa, Rein pun mengangguk setuju.
Mereka duduk dipojokkan menikmati hidangan di piring masing-masing, Rein merasa ada yang memperhatikannya. Ia menoleh, ada Nara di sana. Nara tersenyum kepadanya yang ia balas dengan senyuman samar.